Kamis, 31 Maret 2016

HIDUP dan MATI (14)

HIDUP dan MATI

Chapter 14

“suatu kondisi ketika kita kehilangan seseorang, itu bukanlah menjadi hal yang mudah untuk di lalui. Butuh keteguhan hati, dan merelakan kepergiannya. Ketika kau tak memiliki itu, maka kau tak akan mampu bertahan hingga saat ini, nak. Ayahmu pergi dengan menyisakan bekas-bekas coretan indah di hati. Mungkin raganya sudah mustahil bagi ku, maupun kau kinan, namun kita harus memastikan bahwa ayahmu masih hidup di balik tulang rusukmu, di dalam hatimu, mengisi lubang-lubang hatimu. Tak hanya itu, sebelum ayahmu pergi, beliau menitipkan gedung tinggi ini kepada ku, nak kinan. Andakan saja bisa, aku akan memeluk dan mendekapnya, sambil berucap TERIMAKASIH atas kepercayaan mu yang kau berikan.”

Entah, mungkin, orang tua itu tak menyadari bahwa matanya berkaca-kaca, yang kemudian meneteskan air, mengalir membasuh pipinya dan terbang menyatu dengan udara. Namun berbeda dengam kinan, ia sedari tadi telah berusaha mengeringkan pipinya yang basah akibat ia tak mampu lagi membendung air matanya. Pasti sangat sulit bagi kinan saat saat mendengarkan cerita-cerita tentang ayahnya.

Anto, mawar, maupun sidra, meski mereka belum begitu paham, mereka telah lebih dulu menuangkan perasaan mereka dengan air mata.

“Kedermawanan ayahmu, telah banyak membantu orang tua ini, nak. Bukan hanya aku, tapi juga orang-orang yang memang pantas untuk di bantu. Harta yang ditinggalkan untukmu, itu agar kau dapat melangsungkan hidup bahagia dan tentram. Namun, jika aku lihat, itu tak dapat membuat mu bahagia, nak. Tapi, orang tua ini sungguh tidak tahu apa yang dapat membuatmu bahagia, nak. Maka dari itu, biarkanlah orang tua ini membantumu untuk meraih kebahagian yang sesungguhnya.”

“kakek..” kinan bergumam.
“kau benar-benar dapat mengerti apa yang aku rasakan, dan, apa yang kau katakan bahwa harta itu tak dapat membuat ku bahagia. Yah.. bahagia yang sesungguhnya.”
“hei, jangan panggil aku  kakek, aku tak begitu tua seperti apa yang kau lihat.” Orang tau itu tersenyum, sambil menggaruk kepala bagian belakangnya yang sama sekali tak terasa gatal.

“kalau begitu, mulai besok, kau datanglah kemari untuk mengurus perkuliahan pertama mu secara adminisratif. Segala sesuatunya aku yang akan biayai. Aku yakin, kau sudah banyak melalui kenyataan pahit kehidupan. Kau juga telah banyak belajar soal kehidupan. Sekarang, kau akan belajar salah satu bidang yang kau senangi, dan itu akan menjadi bekal bagi mu untuk meraih kebahagiaan yang sesunggunnya menurutmu, nak.”

“Tidak kek, aku tidak bisa. Aku tidak mungkin meninggalkan anto.” Kinan mencoba menolak.
“kalau begitu, panggillah anto. Ajak dia bersamamu. Orang tua itu tak mau kalah..
“apa kau serius, kek?” seketika raut wajah kinan yang tadinya layu, kini terlihat cerah.

Rabu, 30 Maret 2016

HIDUP dan MATI(13)

HIDUP dan MATI

Chapter 13

“Hei, nak. Kau harus mengingatnya, Bahwa yang membuat mu bertahan hingga saati ini bukanlah fisik mu, sama sekali bukan, nak. Jika kau menganggap bahwa kau bertahan hingga saat ini dalam melalui kehidupan keras mu adalah fisikmu, maka sungguh kau telah keliru. Kau coba lihat disudut-sudut kota sana, mereka yang telah menjadi tua, dalam melalui kehidupannya hingga saat ini mencapai masa tuanya, mereka meyakini bahwa bukanlah fisik mereka yang menunjang itu. Kau tahu, hati. Yah.. hati mereka yang membuat mereka bertahan hingga saat ini. Hati yang kuat, hati yang di selimuti lapisan baja, hati yang dipagari pagar berduri, dan hati yang tulus.”

Kinan hanya terdiam, memandang hamparan bangunan-bangunan kota tempat beribu manusia menetap untuk bertahan. Anto, mawar, juga sidra pun sama. Terdiam. Entah apa yang mereka pikirkan setelah mendengar apa yang di katakan oleh orang tua itu. Jelas sekali, apa yang orang tua itu katakan, bukan semata-mata hanya untuk kinan. Usia Mereka ber-empat masing-masing hanya berpaut 1-2 tahun saja. Orang tua itu, benar-benar tahu harus mengatakan apa di depan kinan. Orang tua yang memimpin gedung tertinggi di kota ini dan bangunan-bangunan di bawahnya, tempat di mana para pelajar yang menyebut diri mereka “MAHA”. Yah, “MAHASISWA”.

“Dulu, berpuluh-puluh tahun yang lalu, sebelum kau menapakkan kaki di muka bumi ini, aku dan ayah(angkat) mu adalah adalah partner bisnis, dan juga kami memang sudah seperti saudara. Namun, sungguh aku tak bisa berbuat apa-apa, saat ayah mu telah terbujur kaku, kulitnya memucat, wajahnya seakan bersinar.”

Kinan masih saja terdiam. Namun kali ini wajahnya seakan layu. Entah apa yamg ia pikirkan setelah mendengar cerita singkat orang tua itu.

Anto, mawar, juga sidra. Saling tatap satu sama lain.
“semasa hidupnya, ayahmu begitu dermawan. Ia tak pernah gentar dalam mengambil keputusan. Tentunya, setiap keputusan ujung-ujungnya pasti ada resiko, dan tak lepas dari resiko yang dapat membunuh sang algojo.” Orang tua itu melanjutkan ceritanya.

Ia kembali menatap senja di ujung kota, yang sebelumnya orang tua itu hanya tertunduk letih.

HIDUP dan MATI(12)

HIDUP dan MATI
Chapter 12
(Chapter pendek)

Senja kembali membasuh jiwa-jiwa yang lelah, begitu indah jika di pandang dari tempat ini. Tempat tertinggi di kota ini. Ya.. tempat ini adalah puncak gedung yang dimana mawar pernah membawa kinan dan anto kemari.

Tentunya kinan dan anto keheranan, meskipun sebelumnya kinan memang telah menduga bahwa akan ketempat inilah mawar akan membawanya, dan ternyata dugaan itu benar. Tapi mereka memutuskan untuk tidak melontarkan pertanyaan apapun kepada mawar, begitupun kepada sidra.

Namun, bukan hanya mereka ber-empat yang berada di puncak gedung itu. sebelum mereka sampai, disana telah berdiri sesosok orang tua yang masih terlihat begitu bugar. Kinan dan anto semakin keheranan, apa pula yang dilakukan oarang tua itu di puncak gedung tertinggi di kota ini?
“mawar, siapa orang tua itu?” terlampau heran, kinan pun mulai melontarkan pertanyaanya kepada mawar.
Dengan senyum yang begitu menyejukkan mawar menimpali pertanyaan kinan, “Kalian ingin tahu Kinan, Anto? Mari, kita tanyakan langsung padanya”

Tanpa perintah apapun, hanya sugesti yang samar-samar, mereka berjalan beberapa meter, tempat orang tua yang sebagian besar rambutnya telah memutih.

HIDUP dan MATI(11)

HIDUP dan MATI
Chapter 11

Sinar mentari pagi menyelinap melalui fentilasi udara, seperti biasanya, yang dimana kinan tinggal seorang diri. Tapi jangan salah sangka dulu, ia sedikit pun tak pernah kesepian. Teman-teman hebatnya selalu ada saat ia membutuhkan mereka.

Hari ini stasiun kota begitu dipadati oleh calon penumpang, kinan dan anto hanya diam menatap para calon penumpang berdesak-desakan masuk maupun keluar kereta, bahkan ada yang sampai naik di atap gerbong. Keriuhan ini memang sudah biasa bagi mereka berdua, dan bukanlah halangan bagi mereka untuk menghibur calon penumpuang yang sedang menunggu kereta datang.

Ketika matahari mulai condong ke barat, dan saat kinan juga anto sedang sibuk menghibur para calon penumpang dengan alulan gitar dan suara syahdu mereka berdua, mawar bersama seorang laki-laki sebaya dengan kinan maupun anto. Kinan dan anto memfokuskan pandangan mereka ke arah mawar dan seorang laki-laki yang bersamanya, demi memastikan bahwa bereka tidak salah lihat.

“Benar, itu mereka” Mawar sambil menunjuk ke arah kinan dan anto berada, dan juga menoleh ke arah laki-laki yang bersamanya.

Sambil melambaikan tangan, laki-laki yang bersama mawar berseru
“Hei.. Kinan, Anto!”
Kinan dan atnto pun mencoba menghampiri mereka.
“hei.. bagaimana kabar mu” pertemuan mereka di awali pelukan kinan kepada laki-laki yang bersama mawar.
Anto pun tak mau ketinggalan, ia sambli melompat menerkam laki-laki itu.
Dengan tersenyum ceria kinan bertanya kepada laki-laki itu “Hei, sidra. Dari mana saja kau? Cukup Lama kami tak melihatmu..”
“aku baru kemarin kembali dari kampung, nan.”
“oh, gitu” kinan bergumam sambil mengangguk-angguk
“eh, kinan, anto. Mari ikut dengan kami” mawar menawarkan mereka berdua.
“mau kemana lagi kamu membawa kami, mawar?” Kinan bertanya-tanya. Dalam otaknya ia hanya berpikir, jangan-jangan mawar akan mengajakku ke gedung tinggi itu.

“ikutlah saja dulu bersama kami, ketika sampai di sana baru kamu bertanya”
Mereka ber-empat pun bertolak ke tempat yang di telah tentukan oleh mawar.
“Baiklah”

Rabu, 23 Maret 2016

HIDUP dan MATI (10)

HIDUP dan MATI

Chapter 10

Rambutnya tergerai di terpa angin. Kinan merasa ia pernah ketempat ini bersama seseorang, tapi sungguh ia telah lupa. Ia memaksa otaknya bekerja keras dan mencari-cari apa yang telah ia lupakan.
“Ku rasa aku kenal tempat ini” kinan membuka percakapan, yang sebelumnya mereka bungkam karna terkesima dengan apa yang mereka lihat.
“oh yah? Kapan kau kesini kinan?” mawar bertanya kepada kinan.
Kinan hanya membisu. Tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Ia masih mencoba mengingat kembali apa yang ia lupakan, sambil memandang sekeliling.
“kinan, apa kau tahu berapa jumlah penduduk di kota ini?” mawar kembali bertanya. namun kali ini kinan menganggap pertanyaan mawar itu aneh.
Kinan hanya melirik mawar dengan lirikan bingung. Tentu saja kinan tak mengetahuinya. Ia bukan lah bagian dari tim sensus penduduk.

Tiba-tiba kinan mengingat sesuatu, namun masih samar-samar.
Anto sedari tadi hanya diam mengunci mulutnya dan hanya memandangi kota yang terlihat gersang itu. Anto pun masih menyimpan kebingungannya. Entah mengapa, baru kali ini anto terlihat tenang dan tak banyak bicara.

“hei kinan, anto. Kalian tahu tidak? Ribuan manusia di kota ini, masing-masing mempunyai kisah hidup yang berbeda. Kinan, kau harus pahami hal itu, setiap cerita hidup manusia, pasti ada saat-saat gelap, atau masa-masa sulit yang harus kau  lalui. Hanya saja, kau jangan mau dikalahkan oleh Situasi mu. Apa yang kau rasakan itu hanyalah seperti serpihan-serpihan kecil. Jika di bandingkan dengan ribuan manusia lain, rasa sakit mu hanyalah seperti luka gores biasa, tidak seperti 300 pedang yang bersamaan menusuk hati. Pesan ku pada mu kinan (Jangan biarkan serpihan kecil itu membunuhmu).

Kinan hanya tertegun mendengarkan nasehat mawar. Namun, ketika mawar berbicara, seakan perkataannya itu membawanya terbang kembali ke masa lalu, disaat ia berumur 13 tahun. Saat itu di sore senja yang cerah bersama ayah angkatnya mendatangi puncak gedung berlantai 26 ini.

Nasehat dari mawar, benar-benar membuat kinan kembali mengingat dan menyadari hal penting yang sempat ia lupakan.

Anto, sampai saat ini masih membisu, bahkan ia bertambah bingung. Begitulah anto.

#ODOP2
#Rabu

Selasa, 22 Maret 2016

HIDUP dan MATI (9)

HIDUP dan MATI

Chapter 9

Beberapa hari belakangan ini, kinan benar-benar kehilangan semangat, untuk bekerja.
“Ada apa dengan mu saudara, mengapa akhir-akhir ini kau tampak murung?”
Dengan suara syahdunya kinan berucap “tidak ada apa-apa kok”
Kali ini anto memutuskan untuk memanggil seseorang.
“baiklah, kau tunggu di sini” anto berlari-lari kecil diantara padatnya calon penumpang.

Tak berselang lama, anto kembali dengan bersama perempuan berjilbab, manis, dan terlihat anggun bagai bunga di musim semi yang tersenyum, berjalan di antara padatnya calon penumpang. Siapa pun akan merasakan kedamaian di hatinya ketika melihat senyuman perempuan yang bersama anto.
Dengan senyum manisnya perempuan itu menyapa kinan, yang tertunduk sedari tadi “hai kinan..”
“eh, mawar.” Kinan membalas senyum mawar. Memang tak ada alasan baginya untuk murung di hadapan mawar, sang penyejuk
dan pendamai hati kinan.

“Apa yang kau lakukan disini, mawar, tidakkah kau kuliah?”
Mawar tak menjawabnya, lalu mengajak kinan ke suatu tempat, tentunya bersama anto pula.
Mawar tahu apa yang harus ia lakukan, dan kemana ia membawa kinan.

Dengan berjalan kaki, tak begitu jauh dari stasiun. Mereka terhenti di depan pintu gerbang masuk tempat di mana mawar berkuliah.
“apa maksudmu membawa ku kemari mawar?” kinan menatap bingung ke arah anto. Anto pun tak tahu, ia hanya mengangkat kedua bahunya.
“mari masuk..” tanpa basa-basi kinan dan anto mengikuti mawar, berjalan di tengah hiruk-pikuknya mahasiwa.

#ODOP2
#SELASA

Senin, 21 Maret 2016

HIDUP dan MATI (8)

HIDUP dan MATI

Chapter 8

Tak lama setelah kepergian ayah kandung dan kedua orang tua angkatnya, kinan memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah megahnya dan di percayakan kepada tetangga dekatnya. Bisa di katakan tetangganya yang satu ini sudah menjadi bagian dari keluarga kinan. Sejak saat itu pula, para kerabat dan tetangga kinan tak ada yang mengetahui kemana keberadaannya.

**

“astagfirullah al adzim” kinan begitu terkejut saat melihat jam dinding di kamar kecilnya. (10:35)
Setelah ia terbangun dari mimpi buruknya, ia sama sekali belum bangkit dari tempat tidurnya. Mimpi buruk itu cukup untuk membuat kinan bernostalgia di pagi hari hingga siang.

Hari ini kinan benar-benar tak semangat untuk mencari Rezeki penyambung hidup, akibat mimpi buruknya semalam. Tapi ia berpikir “bisakah aku makan hari ini jika aku hanya berbaring malas-malasan disini?”. Akhirnya kinan mulai bergegas, menuju stasiun kereta dekat kontrakannya.

“hei hei bro, sedang apa kau disini, dan apa yang membuatmu datang terlambat?” di pojok-pojok stasiun, anto menghampiri kinan yang sedang duduk membungkuk dan menunduk.

“tidak ada apa-apa, anto” seperti biasa, kinan tak banyak bicara.

Tentunya anto telah paham dengan situasi seperti ini, ia tahu bahwa kinan tak jujur padanya. Anto benar-benar tahu apa yang di rasakan kinan, setelah mendengarkan ceritanya beberapa waktu lalu.

Tak banyak bicara anto beranjak meninggalkan kinan sendiri, dan melanjutkan menghibur para calon penumpang.

#ODOP2
#SENIN

Jumat, 18 Maret 2016

Tersenyumlah dan Bersabarlah

Tersenyumlah dan Bersabarlah

Tersenyumlah. Hidup ini terlalu singkat untuk mengatakan “Tak mampu” jalani segalanya dengan ketulusan hati, dan senyuman.

Senyuman yang tulus, senyuman yang dapat membuat suasana menjadi sejuk dan penuh ketenangan. Jangan biarkan akal sehat mu pergi hanya karna situasi yang rumit.

Yah, mungkin saja dalam satu kondisi tertentu, memang sangat sulit bagi seseorang untuk tersenyum dalam melewatinya.

Senyum bukan berarti hanyalah sebuah gerakan bibir yang berpadu dengan mimik wajah hingga membentuk senyuman yang indah untuk di pandang.

Apalah arti sebuah senyuman ketika itu tanpa ketulusan hati? Dalam satu kondisi tertentu yang memang tidak masuk akal bagi seseorang yang untuk tersenyum. Malah akan menimbulkan masalah baru. Dalam kondisi ini, cobalah untuk tenang. Lewatilah dengan ketulusan dan senyuman dalam hati. Sadarilah bahwa itu adalah kehendak Allah SWT.

Masih ada satu hal yang tidak kalah pentingnya dari sebuah senyuman dan ketulusan. 

Bersabar. Yah.. bersabarlah. Yakin bahwa ketika kita bersabar  dengan sepenuh hati, di ujung jalan sana, ada kebahagiaan yang menunggu mu. Yakinlah pula bahwa, segala rasa sakit yang kita lewati itu adalah salah satu cara Allah SWT. Untuk menggugurkan dosa-dosa yang kita perbuat di masa lalu.

Satu hal lagi..

Berbuat Baiklah.

#ODOP2
#JUM'AT

Kamis, 17 Maret 2016

Mahasiswa??

Pilih bungkam atau tindak kriminalitas meningkat pesat??
Pilih berkoar koar bebas mengkritik atau melihat karakter bangsa membobrok dengan sendirinya?
Mahasiswa itu sok!! Ilmu baru secuil sudah mau berkoar koar mengkritik dengan berlandas ego.

Harusnya mahasiswa itu paham, bahwa mereka adalah pelajar yang masih harus belajar dan mengamati. Bukannya langsung bertindak menuruti ego tanpa menimbang-nimbang.

Berjuang demi kebebasan yang entah untuk apa, kemudian mengorbankan ketenangan dan perdamaian.
Ini fakta dan benar-benar nyata. yang ngakunya mahasiswa, ketika tiba ujian semester,  pokoknya model nyontek apapun mereka lakukan demi sebuah nilai formal yang memuaskan, tanpa berpikir apakah mereka dapat mempertanggung jawabkannya.

Mahasiswa yang tergabung dalam gerakan anti korupsi, berteriak lantang menyuarakan pendapat di jalanan. Lalu ketika ujian semester tiba, mereka menjelma bagai tak terlihat, seperti siluman. Tak peduli dengan harga diri, yang penting nilai tinggi. Heii.. ayolah.. Apalah makna nilai tinggi di saat kita tak dapat mempertanggung jawabkannya??

#ODOP2
#Kamis

Rabu, 16 Maret 2016

PUISI: DIRIMU

Kau yang ku cinta

Ketika menatap alam dimata mu kau tertanam dalam kepalaku.
Kemudian sungguh merasuk kedalam dada.
Takdir bermain dalam rongga hampa ku.
Mawar merah bermekaran dalam jiwaku.

Semerbak harum menghiasi ruang rindu.
Akan ku sirami dengan anggunnya cahaya bulan.
Akan ku kipas serabut keluh kesah hingga jauh.
Lalu bersimpuh di hadap-NYA mengadu sejuta harap.

Mohon hiasilah hatiku dengan senyum mu.
Selamatkan lah aku dengan kesucian mu.
Dekap eratlah seluruh duka laraku.
Kemudian bimbing aku tuk kembali di jalan-NYA.

Dengan berbekal ketulusan dan segenap harap.
Akan ku tuangkan segala rasa ku di hadapan siapapun harapmu.

Oleh: Makhluk Abstrak

#ODOP2
#Rabu

Puisi

Kaulah hidupku

Sungguh, kau selalu hadir di tiap malamku
Mengusir sepi dikala ku termenung sendiri
Menjadi pengingat ku kepada-Nya
Dari senyum sejuk mu lah semua berawal

Sungguh, kau menghiasi perjuanganku
Mendatangkan senyum di setiap langkahku
Menjadi penerang dalam jiwaku
Dan Melalui senyummu lah tersentuh lembut hidayah dalam jiwaku

Sungguh, ku mencintaimu tanpa alasan apapun
Bahagia mu adalah bahagiaku
Hidupmu tanggung jawabku
Kan ku jaga dengan kekuatan cintaku hingga tiba saatnya

Oleh: Makhluk Abstrak

#ODOP2
#Selasa








Senin, 14 Maret 2016

HIDUP dan MATI (7)

Chapter 7

Sepi dan sunyi. Hanya suara-suara alam yang menghias. Senja mengetuk kalbu dan menghadirkan awan mendung di sela-sela mata kinan.

Yah, 3 tahun lalu, di sebuah proyek bangunan gedung berlantai 26. Saat peristiwa tak terlupakan itu terjadi, bersamaan dengan senja yang menghias kota.

Kinan tak kuasa membendung air matanya lagi. Bagaimana tidak, ayah kandung yang waktu itu hanya beberapa jam baru ia ketahui, kini jiwanya telah lama di panggil kembali ke pangkuan-Nya.

-----

Setelah lama kinan menatap batu nisan ayah kandungnya, ia mulai beranjak ke sisi lain pemakaman.

Ya, ia selalu sadar akan takdirnya. Tak berselang lama setelah kepergian ayah kandungnya, kinan kembali di paksa agar menerima kenyataan yang begitu pahit oleh takdirnya, atas kepergian kedua orang tua angkatnya. mereka lah yang membesarkan dan mendidik kinan hingga menjadi sesosok laki-laki yang tangguh menerjang badai kehidupan.

Mulai saat itulah kinan hidup sebatang kara hingga sekarang. baiknya, ia sedikit terselamatkan dengan hadirnya teman-teman hebat yang ia kenali belum lama ini. Sejak saat itulah kinan merasa hidupnya lebih hidup.

          Sampai saat ini, pertanyaan besar dalam hidup kinan belum sempat terjawabkan. Kedua orang tua angkat dan ayah kandungnya, yang sangat ia sayangi telah pergi meninggalkannya. Hanya mereka yang dapat menjawab pertanyaan itu. Namun, bukan berarti pertanyaan itu takkan pernah terjawabkan. Yah.. hanya satu orang di muka bumi ini yang dapat menjawab pertanyaan kinan. 
Kinan bertekad untuk mencarinya. Apapun akan ia lakukan demi mencari seorang yang bisa menjawabnya. Ke ujung dunia sekalipun, akan ia tempuh. 


“Perjalanan dalam mencari jawaban pun di mulai !!”

#ODOP2
#Onedaypost2

Sabtu, 12 Maret 2016

Orang-orang pintar, tikus gorong-gorong dan ibu pertiwi

Banyak orang bilang. Indonesia itu sudah terlalu banyak orang pintarnya. Lantas apa yang terjadi dengan orang pintar di indonesia, mengapa kemacetan masih belum bisa teratasi? Siapa yang mesti di salahkan? Kemudian, Mengapa masih saja terjadi banjir di daerah-daerah indonesia? Siapa yang mesti di salahkan?? Alam? Pantaskah alam yang di salahkan? Tentu saja tidak. Lalu?
Katanya banyak orang pintar, tapi nyatanya?

Pendidikan adalah hal yang menjadi prioritas di negara ini. Namun mengapa masih saja banyak tikus yang berkeliaran di gorong-gorong gelap? Mengapa orang-orang pintar indonesia sampai saat ini masih saja membiarkan tikus gorong-gorong berkembang biak? Ada apa ini? Sebenarnya apa yang terjadi di rumahku ini?

Lihatlah, ibu pertiwi menjerit geli melihat tikus gorong-gorong berkeliaran.

Sungguh aku tak mengerti.

Kemudian, dunia perpolitikan. Wah.. hal yang ini lebih parah. Dunia perpolitikan di indonesia, di ubah oleh orang-orang pintar menjadi arena gulat dan berlomba-lomba menjadi yang terkuat. Hei.. apa-apaan ini..

Kali ini Ibu pertiwi tertegun, tak sanggup melihat apa yang sedang terjadi.

Mungkin, ia akan meneteskan air mata..

Jumat, 11 Maret 2016

HIDUP dan MATI (6)

Chapter 6

Bagi kinan, sangat sulit untuk mengingat kembali peristiwa itu. Semua terjadi begitu saja, di luar nalarnya. Meskipun begitu, ada hal yang tak bisa ia lupakan di gedung itu. Beberapa jam sebelum robohnya tangga lantai 6. Hal yang tak akan pernah ia lupakan, di saat ia dengan pamannya minum teh sambil ngobrol. Suasana saat itu, seketika menjadi tak terkatakan. Setelah paman kinan mengaku sebagai ayah kandungnya.

“Nak..?” paman kinan berucap.

Dalam hati kinan “Nak? Hei apa
maksudnya?”

“Nak, kinan. Sesungguhnya, aku yang selalu kau panggil paman, adalah ayah kandungmu. Aku selalu memperhatikan perkembangan mu. Namun, sungguh sangat aku sayangkan, aku hanya bisa melihat dan tak dapat mendorong perkembanganmu. Andai saja saat itu tak terjadi, mungkin kehidupan mu tak se bahagia saat ini kinan.”

Bungkam. Kinan terdiam seribu bahasa, tak mampu berkomentar apapun. Matanya berkaca-kaca. Ia tak kuasa mendengar apa yang di ceritakan pamannya, yang baru saja mengaku sebagai ayahnya. 

“hehe.. sudahlah, lupakan. Aku mengerti, tak mudah bagimu percaya begitu saja.” Ayah kandungnya mencoba memecah kebungkaman kinan.

Dengan kepala tertunduk, bagaikan mawar yang layu, kinan bergumam.

Tidak.. ayah kandung kinan sudah salah mengerti. Dengan ini, cerita-cerita yang ia dengar dari orang sekitar menjadi sempurna atas pengakuannya.

Tentu saja kinan percaya. Yang membuatnya tertunduk layu, hanyalah waktu yang kurang tepat saat itu.

“Apa yang terjadi saat itu?” kebungkaman kinan, terpecah

Kini giliran ayah kandungnya yang bungkam seribu bahasa. Bukannya ia tak bisa menjawab, hanya saja sulit baginya untuk bercerita. Juga, mungkin saja akan melukai hati kinan.

#Onedayonepost(jum'at)

Kamis, 10 Maret 2016

HIDUP dan MATI (5)

Chapter 5

Mereka hanyut dalam orbrolan, hingga tak sadar senja mulai menyapa mengusap lembut wajah mereka.

Tak sedikitpun terbesit di benak kinan, tentang hal yang begitu mengerikan mengintainya.

“baiklah, paman. Saya pamit dulu, hari sudah sore” ucap kinan, mengakhiri obrolan mereka.

“kalau begitu mari kita sama-sama pulang” (paman kinan, juga tinggal se-atap dengan kedua oratua angkatnya) sambil bangkit dari posisi duduknya, yang kemudian mulai membereskan perkakas.
Sambil tersenyum, kinan berucap “sip paman.”

Para pekerja lainnya sudah sedari tadi pergi dari tempat ini. Hanya tersisa beberapa di lantai bawah. Mungkin mereka sudah terlalu merindukan rumah masing-masing, terutama istri-istri mereka.

“ayo, kinan. Kita turun” paman memanggil dari dekat tangga.
Tanpa berucap apapun, hanya tersenyum lebar, kinan bangkit dari duduknya. Mereka mulai menuruni tangga, kinan lebih dulu, pamannya tepat di belakang. Hanya beda satu langkah.

Mereka kembali bercakap-cakap tentang gedung. Banyak pertanyaan yang kinan lontarkan kepada pamannya.

Hampir sampai lantai 5, kinan sedari tadi sibuk melihat kiri-kanan, memperhatikan apa yang ia lewati. Banyak barang-barang bangunan.

Terlampau serius memperhatikan sekitar, sampai-sampai ia tak sadar, tangga di lantai 6 roboh. Pamannya yang menyadari itu, dengan cekatan langsung mendorong kinan lalu pasrah membiarkan tubuhnya terkubur dalam bongkahan-bangkahan batu akibat robohnya tangga lantai 6.

Tubuh kinan terhempas,

#ODOP2
#Onedayonepost( kamis )

HIDUP dan MATI (4)

Chapter 4

kehidupan masa anak-anak hingga selepas SMA, kinan selalu bahagia. Apa yang ia inginkan selalu di kabulkan oleh orang tua angkatnya. Namun, bahagianya tak sempurna. Di sudut-sudut hatinya ada kegersangan, yang tak terjangkau oleh bahagia yang ia dapat. Sungguh, saat itu ia belum menyadarinya.

Baru beberapa tahun lalu ia menyadarinya. Saat itu ia berusia sekitar 16 tahun, ketika ia mulai beranjak dewasa. sebelum hari itu ia telah mengetahui bahwa kedua orang tuanya bukanlah orang tua kandung, dari cerita-cerita tetangga, maupun dari para keluarga dekat. Hari itu di hari yang begitu terik menyengat, di sebuah proyek bangunan gedung yang telah berjalan 2 tahun-an. Proyek itu adalah millik ayah kinan. Saudara ibu kinan bekerja di sana, atau dengan kata lain, paman kinan ikut bekerja dengan ayah kinan. Di proyek itu, semua pekerja sama rata. Tak ada kata keluarga.

Saat itu, entah kenapa kinan ingin sekali berkunjung ke tempat dimana pamannya bekerja sebagai buruh bangunan.

“halo, paman. Apa kabar hari ini?” sapa kinan dengan raut wajah yang begitu berseri-seri.

“hei, kinan. Heh? Kinan? Wahh tumben kali kau berkunjung kemari. Apa yang membuat mu datang?” paman kinan langsung betanya, sembari membersihkan wajahnya yang dari keringat.

“hehe.. aku hanya ingin melihat keadaan paman saja, dan juga sekalian melihat-lihat” jawabnya sambil nyengir.

“oh.. mari kesana, kita minum teh” sambil menunjuk sebuah kursi panjang di lantai 10.

Mereka duduk di sana sambil minum teh dan mengobrol ringan.

#ODOP2
#Onedayonepost(rabu)

Rabu, 09 Maret 2016

HIDUP dan MATI (3)

Chapter 3

Meskipun usianya masih sangat muda. Sungguh sudah begitu banyak hal hebat yang telah ia lewati. Ia tak pernah gentar, juga tak sedikitpun ia berpikir untuk menyerah.

Sesungguhnya ia sadar bahwa tak ada yang dapat di salahkan atas apa yang ia lalui. Yang ia tahu itulah takdirnya. Jiwa kokoh bagaikan bentangan tembok cina dan hati yang keras seperti batu, menjadi pertahanan sempurnanya dalam melalu segala tekanan kehidupan.

19 tahun yang lalu, sebelum ia hidup sebatang kara. Bisa di katakan, apa yang ia inginkan dapat terpenuhi dengan harta orang tuanya. Keluarga bahagia, dan damai. Apa yang tak ia miliki. Kehormatan, betapa terhormatnya keluarga mereka. Kedermawanaan dan kebaikan orang tuanya kepada siapapun menjadi pertimbangan bagi orang-orang di sekitarnya.

Saat itu, di satu sore yang cerah. Senja melukiskan sinarnya di kaki-kaki langit, para pekerja memadati jalanan. Laki-laki 19 tahun beserta ayah angkatnya berada di salah satu puncak gedung pencakar langit. Saat itu, laki-laki 19 tahun berusia 13 tahun.

“kinan, coba kau perhatikan seluruh kota ini, kira-kira ada berapa jumlah penduduk di kota ini. Yang pastinya tidak mungkin kau menghitungnya disini. Tapi ada satu hal yang pasti, diantara mereka masing-masing memiliki kisah hidupnya sendiri. Rasa sakit yang berbeda, maupun cara mengobatinya tak ada yang sama. Kinan, kita hidup tentram seperti saat ini, patutnya kita bersyukur. Masih banyak orang di luar sana yang bahkan, hanya mencari sesuap nasi saja susahnya minta ampun” nasehat singkat sang ayah kepada kinan.

#ODOP2
#Onedayonepost_selasa

TENTANG SAYA

TENTANG SAYA

Saya? Saya ini siapa yah.. bahkan saya tak kenal dengan saya sendiri. Meskipun begitu, Baiklah, saya akan coba memperkenal saya kepada teman-teman.

Menurut akta kelahiran saya, saya lahir di Kab. Jeneponto Prov. Sul-sel. Pada tanggal 06-06-1996. Namun entahlah itu hanya menurut secarik kertas yang agak usang dan hampir terabaikan. Masih banyak kebenaran-kebenaran yang belum saya pecahkan.

Saat ini saya telah berusia 19 tahun. Saya adalah salah seorang mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar. Yang mengambil program studi S1 Ilmu pemerintahan. Sebelumnya saya bersekolah di SMKN 4 JENEPONTO dengan menggeluti bidang TKJ(Teknik Komputer dan Jaringan). Heran pasti? Saya juga heran, nyambungnya dimana TKJ dengan Ilmu Pemerintahan.

Dalam hal kepenulisan, saya masih di katakan sebagai pemula. Namun sungguh, saya senang sekali menulis. Jutaan kisah memenuhi ruang khayal saya tiap harinya. Yang jadi permasalahan dari saya adalah, ketika menuangkan jutaan kisah itu kedalam tulisan, terkadang saya mendapat kebingungan harus mulai dari mana. Ibarat sebuat galon air berisi full. Air itu tidakkan tumpah ketika tutupnya tidak di robek atau di buka. Sangat sederhana sebenarnya, tinggal buka atau robek tutup galonnya. Yang saya bingung, bagaimana cara merobek atau membuka tutup galon itu?

Sudahlah, lupakan saya. Saya bukan siapa-siapa. Sekian dari saya.

#ODOP
#Onedayonepost_senin

Kamis, 03 Maret 2016

Puisi

MALAM

Malam lelah.
Gelap kembali menyapa.
Tubuh mengerang hasrat ku pun bungkam.
Pandangku meredup langkahku sempoyongan.

Gelap..
Sangat gelap.
Rembulan.
Sungguh ku rindu.

Pucatmu..
Sinarmu..
Bulatmu..
Kurindu.

Ku butuh rembulan.

Rembulan..
Kuingin bercerita.
Tentang keindahan mu yang terkalahkan.
Tak inginkah kau tahu wahai rembulan?

Datanglah malam ini..
Kau kan terkejut.
Kau kan terpaku.
Dan..

Sungguh kau takkan  percaya.
Ini nyata rembulan!
Inilah takdirmu.
Inilah takdirnya.

Keindahan mu bukanlah yang terindah wahai rembulan.
Kesetiaanmu saja, itu semu.
Hanyalah khayal semata.
Tak sebanding dengannya.

Sungguh ia nyata, rembulan
Ia tersenyum.
Dan senyumnya itulah yang mengalahkan keindahanmu wahai rembulan.
Ia berada di dekatku, dekat sekali.

Ia di sisiku.

Karya: Makhluk Abstrak

#ODOP2
#OneDayOnePost days 5

HIDUP dan MATI (2)

Chapter 2

“aaaa..!!” Teriakan laki-laki 19 tahun itu bergema memenuhi langit-langit kamarnya.
“astagfirullah” ucapnya.
“mimpi buruk?” tanyanya kepada diri sendiri. Tak begitu yakin bahwa itu hanya mimpi.

Pagi itu sinar mentari tak seperti biasa menyelinap menghias dinding kamar. Pagi itu langit  berhias kelabu tebal yang bahkan sinar mentari tak mampu menembusnya.

Ia laki-laki berusia 19 tahun yang hidup sebatang kara di kota besar. Setiap hari ia mengadu nasib, tanpa punya pekerjaan tetap. Namun, setelah mimpi buruk itu, semua berubah.

Nantikan kelanjutan kisah Laki-laki 19 tahun. Di “HIDUP dan MATI”

#ODOP2
#OneDayOnePost

Rabu, 02 Maret 2016

HIDUP dan MATI (1)

Oleh: Makhluk Abstrak

Chapter 1

“Jderrr!!” Petir menyambar. Bersamaan dengan padamnya listrik di rumah itu. Perdebatan seketika bungkam tanpa insturksi. Kepala-kepala bingung mencari tahu apa yang terjadi(masih di posisi semula), 4 orang duduk melingkar di tengah raung tamu.

Seorang laki-laki berusi 19 tahun mulai berdiri mencairkan kebekuan. 3 orang temannya mendongkak seiring berdirinya laki-laki itu.

“hei.. mau kemana? Jangan keluar!” suara gadis berusia 18 tahun terdengar mencoba menghadang niat laki-laki itu. Namun, tak sedikitpun dihiraukan.

Laki-laki itu tanpa gentar melangkah menuju pintu utama rumah, untuk memeriksa sekeliling. Memastikan apakah listrik dipadamkan dari pusat, atau memang ada kerusakan.

Lalu, apa yang ia lihat setelah ia membuka pintu, sungguh tak sedikitpun terbesit di benaknya, dan benar-benar jauh dari jangkauan khayalnya. bola matanya seakan menerobos keluar saat menatap nanar apa yang ada di depannya.

-------------

Ingin tahu apa yang laki-laki berusia 19 tahun itu lihat??
Nantikan kisah mereka di “HIDUP dan MATI” Dalam post selanjutnya besok!!
#ODOP2
#OneDayOnePost days 3