Sabtu, 04 Juni 2016

HIDUP & MATI (26)


SERIAL

HIDUP & MATI

Chapter 26

Kini Kinan hanya terfokus pada laki-laki berusia sekitar 40-an yang sedang bercerita tentang masa lalu keluarganya, yang tentunya sangat berkaitan dengan masa lalu orang tua kandung maupun angkat Kinan.

Beberapa tahun lalu, setelah kejadian tragis itu, Kinan mulai menyimpan pertanyaan besar dalam kepalanya, dan itu cukup mengganggu aktivitas sehari-harinya sebagai pelajar. Di tambah lagi dengan keraguan yang menyelimuti pertanyaannya, Kinan benar-benar hampir frustasi. Ia terlalu “Takut” untuk bertanya kepada kedua orang tua angkatnya tentang hal ini. Sebelumnya Kinan memang sangat yakin bahwa pertanyaannya akan terjawab jika ia memiliki setetes saja keberanian dalam hatinya. Namun di sisilain, ia pun meyakini bahwa, jika ia memiliki setetes saja keberanian dalam hatinya, maka akan ada hati lain yang tersakiti oleh pertanyaan itu. Kinan akan merasa menjadi manusia paling egois ketika hal itu terjadi. Tentu saja itu akan terlihat seperti ia terlalu mengedepankan egonya hanya demi suatu hal yang mengganggu, lalu merelakan hati orang tua angkatnya yang membesarkannya ia sakiti.

“Apa yang terjadi pada saat itu?” yah… mungkin itu terlihat terlalu sederhana untuk sebuah pertanyaan yang mengganggu dan bahkan dapat menyakiti seseorang ketika itu di lontarkan. Maka dari itulah Kinan masih menyimpan pertanyaan besarnya hingga kedua orang tua(angkat)nya meninggal, dan bahkan hingga saat ini. Tentu saja ia tak menyesali keputusannya. Ia tahu bahwa masih ada seseorang yang dapat menjawab pertanyaannya. Hanya saja yang menjadi masalah, ia bahkan tak mengetahui bahwa orang itu masih menapakkan kaki di muka bumi ini ataukah telah berada di surga. Di tambah lagi, ia tak sedikit pun dapat membayangkan bentuk rupa orang itu.

Setelah itu waktu terus melaju tak pandang bulu dan menyisakan masa-masa pahit dalam hidup Kinan, yang sama sekali tak bisa dilupakan. banyak hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Namun, ia selalu saja mengabaikannya. Hingga tiba pada satu malam yang sangat menegangkan dan begitu mencekam di tengah kota.

¬¬¬---------------------------

“Nak, Kinan. Tentunya kau telah paham, bahwa manusia adalah wujud dari pada makhluk  sempurna dialam semesta ini. Namun kesempurnaan itu hanya berlaku pada bentuknya saja, tidak untuk tingkah laku. Maka dari itu, sudah menjadi hal wajar ketika manusia melakukan kesalahan. Baik di sengaja maupun tidak disengaja. Namun, 5 dari 10 manusia terkadang tak menyadari dirinya bahwa ia telah melakukan hal yang menyimpang. Entah itu dalam kehidupan sosial maupun kehidupan beragama. Nah, karena hal itulah aku merasa bahwa dirimu termasuk dalam 5 dari 10 manusia yang terkadang tak menyadari kesalahannya. Nak, Kinan. Bukan maksud ku untuk mencampuri urusanmu. Hanya saja, apapun yang akan terjadi, urusanmu dan urusanku telah menjadi satu kesatuan. Dengan kata lain, urusanmu adalah urusanku. Aku sebagai pamanmu, tak begitu mengerti jalan pikiranmu. Tapi, aku harus mengatakan kepadamu bahwa, kau telah melakukan kesalahan besar yang sama sekali tak kau sadari. Ka…”

“hei, apa yang kau bicarakan. Apa maksud mu bercerita tentang ku kepada diriku sendiri? Lagi pula apa yang kau ketahui dari kehidupanku? Aku ke sini hanya ingin mendengar cerita mu di masa lalu, bukan tentang diriku.” Tiba-tiba kinan memotong pembicaraan laki-laki di hadapannya.

Lantas, laki-laki yang berusia sekitar 40-an itu terdiam seketika saat kinan menyela ceritanya. Spontan, laki-laki itu bergumam dalam hati.

“kurang ajar anak ini. mungkin orang tuanya belum sempat mengajarinya tatakrama” kondisi internal si laki-laki yang duduk di hadapan kinan itu sangat kacau setelah kinan dengan tiba-tiba menyela ceritanya. Meskipun dengan suara yang terkontrol. Ia sungguh geram dengan kinan. Meskipun begitu, ia tetap mencoba menahan amarahnya, dengan tersenyum manis ke arah kinan.

“maaf, nak. Aku terbawa oleh cerita ku sendiri”

“hhmm… baiklah, untuk kali ini aku mengalah pada bocah tengik ini” kembaran dari ayah kandung kinan kembali bergumam dalam hatinya.
Kinan hanya berdiam diri, dan terlihat menunggu. Ia menyempatkan diri menyeruput teh hangat di depannya yang hampir tak hangat lagi.

--------------------------------------------

Di luar bangunan pusat mafia-mafia berkumpul.

“sidra. Sampai kapan kita terus menunggu seperti ini? untuk beberapa alasan, aku merasa kinan tak dapat keluar dari sana. Di tempat itu, tak sembarang orang  yang di izinkan masuk. Kalaupun ada, hampir bisa di pastikan bahwa, orang itu takkan keluar dengan selamat. Atau paling tidaknya orang itu takkan pernah keluar dari sana selamanya. Entah ia masih hidup atau sudah mati, dan aku tak ingin hal itu terjadi pada kinan.” Anto yang sangat mengkhawatirkan kinan, sungguh tak tahan lagi untuk menunggu.

“Baikalah. Jika kau terus memaksa. Mari kita susun rencana.” Akhirnya sidra yang tadinya begitu sabar dan tenang menunggu, memutuskan untuk bertindak.

“Anto perhatikan baik-baik. Yang pertama. Sudah di pastikan kita tak mengetahui  bagaimana tata letak bangunan itu secara detail. Kita hanya melihatnya dari luar. Maka dari itu kita membutuhkan segala informasi tentang bangunan itu. Mulai jumlah ruangan, jumlah lantai, posisi-posisi penjaga dan paling tidak kita harus membuat peta agar kita tak tersesat di dalam sana. Jika itu terjadi, maka habislah kita. Yang kedua, kita membutuhkan akses yang sama sekali tak di curigai para penjaga. Benar apa yang kau pikirkan. Kita akan menyusup melalui pintu utama. Paham?”  Sidra yang cukup peka dengan situasi, mencoba menyusun rencana semampunya dengan sangat hati-hati.

“kemudian, bagaimana cara kita masuk melalui pintu utama?”

“Nah, itu yang mesti kita pikirkan secepat mungkin.”

Anto dan sidra mencoba memikirkan bagaimana cara mereka masuk melalui pintu utama tanpa terdeteksi oleh penjaga.

Beberapa menit waktu berlalu begitu saja tanpa membuahkan hasil apapun. Sidra dan Anto masih belum menemukan cara agar mereka dapat masuk melalui pintu utama.

………………………………….

Entah itu keberuntungan atau keajaiban yang datang di waktu yang benar-benar tepat, sidra dan kinan tak peduli. Mereka hanya bersyukur setelah seseorang menghampiri mereka.

“hei… apa yang kalian lakukan di tempat seperti ini?” sidra dan anto benar-benar dikejutkan oleh kedatangan seorang pria tua yang usianya berkisar 60 tahun-an keatas. 

Tentu saja Sidra dan Anto terdiam seketika setelah dikejutkan oleh pria tua, tadi.  Mereka hanya mengelus dada dan besyukur, karena pria tua tadi, sudah tak asing lagi bagi mereka.

“hei, kalian. Jangan hanya terdiam seperti baru saja melihat hantu. Jawab aku. Apa yang kalian lakukan di sekitar kawasan “hutan rimba” ini?”

“paman sendiri, sedang apa di tempat seperti ini? Paman sudah berhenti sebagai cleaning service di stasiun kota?” ?” Sidra yang sedikit pun tak menyangka akan bertemu paman cleaning service di tempat seperti ini, spontan menanyakan si paman.

“yah… dua bulan lalu aku berhenti menjadi cleaning service di stasiun kereta kota. Karena kebetulan ada seorang teman baik ku yang juga bekerja di sini. Ia menawarkan ku untuk menjadi supir truck pembawa barang, dan aku sungguh menikmati pekerjaan ini. Baiklah, ini saatnya bagi ku untuk masuk ke dalam, aku hampir terlambat.”

“masuk? Hei, paman. Kebetulan kami sangat membutuhkan bantuan. Kinan ada di dalam sana. Entah apa yang ia lakukan, dan bagaimana caranya masuk. Tapi aku yakin ia takkan keluar dengan selamat atau takkan pernah keluar untuk selamanya. Jadi kami butuh bantuan paman.” Sidra yang memang akbrab dengan paman cleaning service stasiun kota, dengan cekatan meminta bantuan.

“kinan!? Apa maksud mu? Ba- bagaimana mungkin ? ada perlu apa dia?” si paman yang juga telah begitu akbrab dengan kinan, benar-benar terkejut dan sama sekali tak menyangka bahwa Kinan berada di dalam.

Tanpa basa-basi lagi mereka mulai bergerak. Meskipun tanpa rencana yang matang. Namun, itu sudah cukup bagi sidra dan anto, karena mereka mendapat bantuan dari si paman itu.

Nantikan lanjutannya.

Karya: Makhluk Abstrak.