Kamis, 07 April 2016

HIDUP dan MATI (19)

HIDUP dan MATI

Chapter 19

Langit malam yang cerah, tampak jelas hamparan bintang-bintang membentuk formasi, memanjakan mata siapapun yang memandangnya.

Kinan tak kunjung beranjak dari tempatnya. Ia begitu terpukul. Namun, bukan berarti ia akan drop, apa lagi menyerah dengan keadaan. Hanya saja, kinan mencoba menenangkan hatinya, mencoba tegar dan yang paling penting adalah ia terus-menerus mendo’akan saudara tak sedarahnya, yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Bila di pandangi dari tempat dimana kinan berada, sinar-sinar kota, persis seperti taburan bintang-bintang di langit. Sinarnya melukiskan terang di kaki langit.

Kinan berdiri tegap menghadap perkotaan. Angin malam membawa sejuta irama yang mendamaikan. Anto yang baru saja sampai, hanya berdiri menatap punggung kinan. Anto masih enggan untuk mengacaukan perasaan kinan saat ini. Tapi, anto harus memberitahu kinan tentang kabar baik yang ia bawa.

“Ki’.. Kinan..” Anto bergumam resah.
“Sidra sudah membuka matanya. Mari kita ke rumah sakit.”  Tanpa basa-basi anto langsung mengajak kinan untuk kembali ke rumah sakit.

Kinan tak bergeming sedikitpun saat mendengar kabar baik dari anto. Kinan merasa bahwa, ia sungguh tak tega melihat sidra terbaring lemas tak berdaya.

“Kinan, ayolah. Jangan melamun seperti itu, Sidra pasti menanyakan kita.” Anto mencoba membujuk kinan, agar segera beranjak.

Kinan tak begitu memperhatikan, hanya separuh menoleh ke belakang.

Baru kali ini Anto melihat kinan seperti ini. Kinan memiliki pribadoi yang bijak, rendah hati dan sederhana. Hal itu lah yang membuat anto begitu menghargai tiap keputusan kinan.

“Ayo, kita kembali ke rumah sakit.” Dengan tersenyum simpel, kinan mulai beranjak pergi dari puncak gedung tertinggi di kota ini. Puncak gedung inilah tempat favorit kinan, bersama Anto, Sidra dan Mawar.

Belum selang berapa lama Kinan dan Anto berjalan membelah kegelapan jalan kota, tiba-tiba terdengar jeritan “Tolong!!” "Tolong!!" Cukup keras, sehingga membuat mereka berdua saling tatap kebingungan.

“Dari mana suara itu?” Anto bertanya, sambil melirik sekitar.
“Dari sana Nto’ “ Kinan Mencoba memastikan.

Tanpa perlu berunding lagi, mereka langsung berlari ke arah jeritan seorang perempuan.

Ternyata..

7 komentar: