Jumat, 07 Oktober 2016

Tentang kamu & sekeping rindu

Tentang kamu & sekeping rindu

Oleh : Belek-Berry

saat senja tlah tenggelam
adzan pun tlah habis berkumandang
aku slalu menatap fotomu
bersama doa, kopi juga rindu

bukan tak mau, namun rasa itu terlalu sungkan untuk selalu menyapamu
hhmm...apalah diriku!
kau, perempuan cantik berhijab
bukan sekedar berkerudung atau berjilbab

kau, laksana bidadari surga itulah dirimu..
Termenung cukup lama sambil menatap fotomu dan seringnya rasa itu berujar
dgn sendirinya; "bahwa aku, merindu"
 dan untuk sekali waktu,

Aku ingin egois
Aku ingin melupakan tentang asal-usulku,
Masalalu,
Siapa aku,dan apa takdirku..
untuk mengakui bahwa aku...
ini tentang kamu dan sekeping rindu kutitipkan padamu

Mahasiswa, Warga, dan Polisi

Oleh : Makhluk Abstrak

MAHASISWA, WARGA, DAN POLISI
“Hei, hei... kau sudah baca berita kampus hari ini?” Rangga dengan wajah yang terlihat sedikit terkejut, bertanya kepada ilyas.
“belum, Ada berita heboh?”
“ini, coba kau baca!” Rangga memberikan sebuah buletin kampus kepada ilyas.
Ilyas yang begitu penasaran, langsung membaca berita yang Rangga maksudkan. “seorang mahasiswa semester 7 tewas  karena cedera serius di bagian kepala akibat terkena lemparan batu oleh warga saat demo yang digelar para mahasasiwa tidak kondusif dan tidak terkontrol lagi. Sebelumnya demo yang digelar di depan kampus, berjalan aman dan terkendali. Dengan membakar ban di tengah jalan dan menutup sebagian badan jalan. Mereka menuntut agar pemerintah dapat lebih tegas lagi dalam memberantas koruptor. Situasi yang kondusif dan terkendali berlangsung sekitar 2 jam, dan selama 2 jam pula, sebagian badan jalan yang ditutup, lumpuh total. Hingga akhirnya polisi datang mencoba untuk berkompromi dengan para mahasiswa agar kiranya dapat bubar, karena melihat kemacetan yang sudah sangat panjang. Tetapi para mahasiswa aktivis itu menolak. Pihak kepolisian tetap mencoba untuk bicara secara dewasa dengan pihak mahasiswa, agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Namun  tetap saja para mahasiswa itu menolak untuk dibubarkan. Pada akhirnya pihak kepolisian memutuskan untuk membubarkan secara paksa. Pasukan kepolisian yang berseragam dan bersenjata lengkap mulai melemparkan gas air mata ke arah para mahasiswa yang berkerumun di jalan. Sontak, meraka langsung berhamburan. Bukannya bubar, mereka mencoba melawan pihak kepolisian dengan melempar batu. Namun itu bukanlah masalah bagi pihak kepolisian yang menggunakan tameng khusus. Masalah baru pun muncul. Para mahasiswa yang melempar batu, tidak hanya mengenai pihak kepolisian, batu-batu itu juga mengenai warga sipil. Tak terima, warga pun membalas melempar, dan terjadilah peperangan antara mahasiswa dengan kepolisian dan warga.” Ilyas yang telah selesai membaca berita, ekspresi wajahnya langsung berubah.
“Bagaimana pendapatmu tentang peristiwa itu, Ilyas?”
“Kalau menurutku, para mahasiswa yang terlibat dalam peristiwa kemarin itu, masih bersifat kekanak-kanakan. Mereka melakukan aksi, mengatasnamakan rakyat, Membela kedaulatan rakyat, Membela hak rakyat. Setalah membaca berita tadi, aku berpikir mereka para mahasiswa yang menyebut diri mereka aktivis, malah mengorbankan hak-hak rakyat dan mengorbankan kedamaian hanya untuk memenuhi kebutuhan ego mereka. Aku pun yakin, ketika meraka para mahasiswa yang berjuang melawan koruptor dalam pemerintahan, saat tiba waktu ujian akhir semester kebanyakan dari mereka menjelma menjadi koruptor dalam kelas. Mereka menghalalkan segala cara agar mendapatkan nilai yang memuaskan. Termasuk dengan menyontek! Namun, mereka tak menyadari itu. Mungkin menurut mereka istilah koruptor hanya ada dalam badan pemerintahan, dan yang dapat dikatakan korupsi, hanya dengan uang saja. Yahh, tentu saja mereka tak menyadari bahwa mereka juga koruptor. Mereka masih “anak-anak” kok. mana bisa mereka memahami hal seperti itu. Aku pribadi tak heran dengan hal itu. Kebanyakan dari mereka para mahasiswa, hanya memikirkan nilai! Mereka masuk kelas, ikut Mid, dan kemudian ikut ujian akhkir semester. Yah, hanya itu. Meraka sama sekali tak memahami apa yang telah mereka terima. Mungkin mereka belajar, namun setelah ujian, semua yang telah mereka pelajari  dilupakan. Jika kebanyakan dari mahasiswa tetap seperti itu, maka, mungkin mereka akan menjadi generasi koruptor masa depan, dengan akhlak yang bobrok.” Ilyas yang cukup memahami berita yang ia baca, langsung menjelaskan pemikirannya kepada Rangga.
“Lalu, soal mahasiswa yang menjadi korban?” Rangga kembali bertanya.
“tentu saja ia telah mati konyol! Mereka berjuang untuk rakyat(katanya), malah dibunuh oleh rakyat. Di tambah lagi, orang tuanya pasti sangat terpukul akibat kepergiannya.” Ilyas juga memahami situasi seperti itu.

***

mereka pun mengakhiri obrolan hangatnya, dan bangkit dari duduk mereka, lantas berjalan di bawah teriknya matahari, di tengah hiruk-pikuknya mahasiswa.
“Hei, Rangga. Sepertinya kita terlambat” Ilyas mulai berlari-lari kecil menuju kelasnya
“Hari ini kita ujian” Rangga yang begitu tenang mencoba membuat Ilyas termakan kata-katanya sendiri.
Meraka pun tiba di depan kelas, dan betul yang dikatakan Ilyas, mereka benar-benar terlambat.
“Assalamualaikum” Rangga berdiri di pintu masuk kelas, dan membuat seluruh kepala yang tertunduk di ruangan itu, memperhatikan Rangga.
“Wa’alaikum salam. Kenapa kalian terlambat?” Salah satu pengawas ujian menjawab salam Rangga, dan bertaya dengan nada yang cukup tinggi.
“Eee... anu, bu’. Tadi macet di jalan. Karna ada aksi. Hari ini kan “HARI ANTI KORUPSI” Rangga sempat kebingungan menjawab pertanyaan beberapa saat.
“Masuk lah, cepat.” Pengawas ujian itu memerintahkan mereka berdua masuk, sambil menyodorkan kertas ujian dan lembar jawaban.
Hari Anti Korupsi benar-benar telah menyelamatkan mereka.
Kemudian mereka mulai duduk dan mengerjakan soal. Ruang kelas sungguh hening. Tak ada suara apapun. Semua sibuk mengerjakan soal mereka. Sedangkan pengawas sibuk mengobrol.
Ruangan mungkin hening dan tak terdengar suara apapun, tapi ketika dilihat, banyak kepala yang menoleh kiri-kanan dan menengok belakang. Mahasiswa yang lainnya sibuk berkoar-koar di depan sana menyuarakan anti korupsi, sedangkan mereka sibuk korupsi(menyontek) di kelas
Rangga memperhatikan sekelilingnya, dari tempat yang paling belakang. Ia mendapati banyak teman-temannya menjelma menjadi “Siluman tikus”.
Rangga hanya dapat kecewa melihatnya.

DIALOG LOGIKA CINTA


DIALOG LOGIKA CINTA

oleh : Belek-berry

cinta adalah nestapa katamu...
bagiku cinta laksana sebutir gula
yang tak hanya manis di awal
namun ia akan slalu manis hingga akhir.

konon katanya; sebelum Tuhan menciptakan adam&hawa
DIA lebih dulu menciptakan rasa berbentuk cinta...
hingga pada waktunya terbentuklah segala wujud yg ada di dunia.
apakah sang mushawwir mau mencipta tanpa adanya rasa cinta ?

aku rasa tidak, kamu... ??
rasailah cinta itu bersama makna juga hikmah
dengan begitu kamu akan pahami wujud orang lain
sambil tersenyum manis di depan cermin. 

Kamis, 06 Oktober 2016

Kisah satu tahun Lalu

Matahari pagi menerobos lembut melalui celah jendela kamarku. Hangat sinarnya menerpa wajahku, perlahan membuatku tersadar, kemudian tepat saat kedua mataku menangkap samar cahaya mentari yang memenuhi langit kamar, di detik itu jugalah kumerasakan getaran di dada, seperti sesuatu yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Jantungku seolah memompa lebih kencang, membuat tubuhku terbakar api semangat yang membara.

Pukul 08:00, lantai 8 menara IQRA’ Universitas Muhammadiyah Makassar-masih dengan posisinya sebagai  salah satu gedung  yang berdiri gagah, tegap menjulang tinggi, pembukaan DDJM X (Diklat Dasar Jurnalistik Mahasiswa ke-10)  resmi dibuka oleh rektor universitas muhammadiyah Makassar.  Suasana hariku kini terasa berbeda, dimana semua rasa bercampur menjadi satu. Orang-orang hebat bekumpul saling menyapa di seklilingku, mereka lah yang beberapa jam kedepan akan menjadi rivalku. Sungguh awal dari sebuah permulaan yang takkan pernah kulupakan.

Pukul 17:00-rumah adat bone tepatnya di benteng sumba opu, salah satu tempat bersejarah peninggalan zaman Belanda yang menjadi objek wisata di Makassar. Para peserta terlihat sibuk bolak-balik mengangkat berbagai perlengkapan yang akan digunakan selama kegiatan beberapa hari ke depan. Satu jam pertama, para peserta masih bisa bernafas normal, istirahat  dan mengumpulkan energi sebanyak-banyaknya untuk tiga hari yang betul-betul melelahkan. Tepat setelah maghrib, materi pertama pun di mulai. Seluruh peserta terlihat bersemangat dan antusias,  duduk mendengarkan dengan takzim setiap kata yang keluar dari bibir pemateri. Satu materi setelah itu, tepatnya pukul 01:30 dinihari, para peserta kembali beristirahat sesuai instruksi kakak panitia. Hanya tiga jam untuk malam pertama, lalu dilanjutkan dengan bersimpuh menghadap-Nya.

Pagi pertama dengan mata panda, semangat berapi-api masih membara. Wajah-wajah antusias, dan senyum manis para peserta membuat hari ini tidak kalah dengan kemarin. Pukul 05:30, aku dan para peserta lainnya digiring keluar forum, tepatnya di depan rumah adat bone persis seperti kemarin. Kami semua berbaris rapi lalu senam pagi bersama dan dilanjutkan dengan berlari beberapa putaran mengitarI halaman benteng sumba opu.

Pukul 13:00. Waktu yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Kami duduk berhadap-hadapan berbaris rapi menunggu kakak panitia membawa piring-piring berisi makanan yang datang bagai malaikat penolong bagi kami. Selepas agenda makan siang bersama, materi dilanjutkan seperti biasa dengan pemandangan yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Para peserta memperhatikan dengan seksama pemateri yang berkoar-koar, beberapa orang sibuk mencatat apa yang mereka tangkap dari materi yang dibawakan dan yang lainnya masih dengan ekspresi sama, wajah serius mendengarkan dengan takzim.

Setelah itu,  seluruh agenda kegiatan berjalan lancar sesuai rencana hingga tiba malam terakhir, tepatnya pada materi peliputan. Disitulah kami menemukan sekaligus merasakan hal yang berbeda yakni sesuatu yang tidak kami temukan di malam-malam sebelumnya. Kami diberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah kami dapatkan selama DDJM X berlangsung.

Dua mobil  angkutan umum yang telah disiapkan oleh kakak-kakak panitia  lansung meluncur kelapangan, tepatnya di kawasan anjungan pantai losari untuk melakukan peliputan. Kami dibagi menjadi empat kelompok reporter. Aku, Hamzar, Riska, Zakia, dan Ayu berada di kelompok tiga. Sebelum seluruh kelompok menyebar untuk mewawancarai para pengunjung, kami diberikan sedikit pengarahan oleh kakak-kakak panitia yang pada saat itu berjumlah enam orang.

Pukul 21:30 kami kembali di forum DDJM X dan langsung berlomba-lomba mempersiapkan segala perkakas untuk menuangkan apa yang kami dapat dari liputan tadi ke dalam sebuah mading. Tiap kelompok bekerja cepat dengan bantuan kakak pendamping yang membimbing kami menyelesaikan tugas kali ini.  Saat mading sudah rampung 60%, tiba-tiba salah seorang stering (senior) datang memecah tiap kesibukan “waktu sisa 15 menit lagi” ujarnya sontak membuat kami semakin mempercepat setiap gerakan, mengeluarkan segenap kemapuan sambil terus berpacu dengan waktu.

Suasana detik-detik terakhir terlihat semakin sibuk, tiap-tiap kelompok makin lincah dan agresif menggunting, menulis sekaligus mewarnai kertas. Sepuluh menit berlalu, kelompok 1, 2, dan 4 berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka dengan senyuman juga tawa bahagia, namun tidak dengan kelompokku yang tersisa lima menit lagi untuk kami bekerja sekuat tenaga demi menyelesaikan mading tepat waktu. Yah, walau tak sesuai harapan, kami bersyukur bisa melakukanya dengan semangat dan percaya diri yang kuat, tentunya disertai kerjasama yang hebat hingga akhirnya mading kami selesai tepat ketika stering berteriak “STOP!! lalu para peserta angkat tangan, dan seketika segala gerakan terhenti, menyisahkan  senyap juga deru nafas yang beradu.

Pukul 00:00, kakak panitia menginstruksikan untuk segera beristirahat, agar keesokan harinya kami tidak kelelahan. Saat agenda pemotretan. sebelumnya aku sudah sadar, apa yang akan direncanakan para senior.
Entah pukul berapa saat kami telah tertidur pulas. sesuai rencana. Kemudian Tanpa kusadari tiba-tiba kedua senior telah menyergapku. Di sekelilingku terasa gelap, hanya terdengar suara-suara ramai tak jelas, lalu kemudian aku digiring turun tangga dengan kesadaran seadanya. Belakangan, aku juga baru sadar  bahwa ternyata sedari tadi sudah ada empat peserta lain menungguku di bawah sana.

Akhirnya, aku dan empat orang temanku dibawa menjauh dari rumah adat bone. Entah sekarang kami berada dimana karena aku sendiri  sama sekali tidak bisa mengamati sekeliling, yang kutahu aku hanya berjalan lurus dengan sedikit sempoyongan. Salah seorang senior menggertak kami. “HEI!! JALAN JONGKOK!! CEPAT!! JANGAN LEMBEK!!! ANAK PERS TIDAK ADA YANG LEMBEK!! Gertakannya  membuat kesadaranku meningkat sekitar 70%, lalu mataku mulai menatap sekitar lebih jelas dari sebelumnya. Belum selesai pandanganku menyapu kira-kanan sambil berjalan jongkok, salah seorang senior kembal imenggertak. “WOI!! TIARAP!! TIARAP!! TIARAP!! Dengan wajah bingung, sambil bertanya-yanya dalam hati, “tiarap? “Diatas kubangan lumpur? Tak sempat berpikir panjang, seorang peserta di depanku sudah melaksanakan perintah, tiarap dalam kubangan lumpur coklat yang cairannya agak kental membuat siapapun trasa enggan menyentuhnya apalagi membenamkan diri kedalamnya. Aku tak punya pilihan selain mengikuti perintah menyusul seperti peserta sebelumnya turut serta bertiarap di kubangan lumpur. Tak puas, para senior kembali menggertak “HEI!! KALIAN!! GULING-GULING!!. What?? Hei..guling-guling? Diatas kubungan lumpur??  Belum sempat  menimbang-nimbang salah seorang teman sudah lebih dulu berguling-guling diatas kubangan lumpur sesuai perintah. Jika di pandang dari jauh, kami seperti kawanan (maaf) babi yang  bermain-main dikubangan lumpur. Perjuangan kami tidak hanya sampai situ, karena beberapa menit berikutnya, kami kembali digiring-tentunya masih dengan berjalan jongkok, menaiki anak tangga kemudian berjalan lurus dan menurun. Kami tak peduli lagi dengan apa yang kami injak, batu kerikil, atau bahkan pecahan kaca sekalipun tak terasa lagi di suasana bergelora seperti ini.

Tibalah kelompokku di pos pertama, kami berbaris rapi menghadap  ke salah seorang senior. Kami menunduk sambil mendengarkan ocehan senior. Terus seperti itu sampai pada pos terakhir, pos yang di hiasi api unggun dengan kehangatan yang menyelimuti kami. Yaa, kami telah sampai pada puncak dari seluruh rangkaian kegiatan selama beberapa hari disini.

Di pos terakhir telah berkumpul semua senior sekaligus panitia yang di pimpin oleh ketua umum lembaga, untuk memberikan pencerahan dan membuat kami terharu dengan beberapa kata yang ia sampaikan. Sungguh, langit pun seakan turut serta meneteskan air mata bahagia atas apa yang baru saja kami lalui.

Hmm.. Begitu banyak hal baru yang kami dapatkan dari DDJM X kali ini. Meskipun harus dibayar mahal, tidak ada yang sia-sia untuk sebuah pengalaman yang begitu berkesan, pelajaran berharga, juga tentang kebersamaan dalam suka dan duka.

Rabu, 05 Oktober 2016

Serial Hidup & Mati Chapter 33


“Mau ke mana kita?” Kinan, bertanya dengan penuh kebingungan pada pamannya.

Mobil sedan hitam meluncur membelah kota yang sunyi di pagi buta. Godfather duduk di samping Kinan, dan memulai obrolan ringan mengenai hari-hari pertamanya di markas besar. Sedangkan sopir fokus memperhatikan jalan. Tak lama berselang, Kinan yang sedari tadi memperhatikan keluar lewat jendela, tak sengaja mendapati papan petunjuk arah yang menunjuk ke “Bandara Internasional”. Sekilas, Kinan mengerutkan dahinya. Sedikit heran. Kemudian tak terlalu jauh dari papan petunjuk jalan yang berwarna hijau tadi, mobil sedan hitam yang Kinan tumpangi, memasuki area bandara internasional. Kinan mulai menebak-nebak.

“Mungkin ada seseorang yang akan datang” Kinan menebak dalam hati.

Tak berselang lama, Kinan mulai menyadari, bahwa tebakannya salah. Ia sudah dapat memastikannya setelah mobil yang ia tumpangi memasuki area landasan terbang yang sangat luas. Kemudian mobil sedan hitam yang Kinan dan Godfather tumpangi itu berhenti di dalam Hangar yang di sana sudah terlihat beberapa orang yang sedang bercakap-cakap, berdiri mengitari meja di tengah mereka.

Di Hangar itu, telah terparkir gagah jet pribadi khusus pebisnis. Jet pribadi itu memiliki kabin yang besar. Kecepatan maksimalnya bisa mencapai 960 Km/h. Panjang jet itu sekitar 17 meter.

Beberapa menit setelah mobil berhenti, Kinan yang baru pertama kalinya melihat pesawat secara langsung, dibuat mematung di dalam mobil, dan masih terus memandangi pesawat pribadi itu. Namun, seketika Kinan kembali mencair saat suara seseorang yang ia kenali mengusik pendengarannya. Pandangannya pun beralih ke arah beberapa orang yang sedang bercakap-cakap sedari tadi. Kemudian Setelah ia menyadari bahwa suara itu adalah suara om beta, Kinan langsung keluar dari mobil, dan menuju ke arah mereka.

“Sepertinya obrolan mereka cukup panas. Bahkan om beta pun, belum menyadari kedatanganku”, Kinan bergumam dalam hati.

Setelah beberapa menit kemudian, obrolan mereka telah usai. Om Beta pun telah menyadari ledatangan , Kinan.  Tentunya Om Beta sangat terkejut setelah melihat Kinan yang ikut bersama Godfather.

“Apakah Godfather berniat untuk mengajak Kinan?? Tapi, Jepang?? Godfather berniat mengajaknya ke Jepang?? Apa yang orang tua(Godfather) itu pikirkan?? Apa dia mulai kurang waras??” Om Beta yang hampir tidak percaya dengan kedatangan Kinan, terus bertanya-tanya pada hatinya sendiri.
“Permisi, pak. Barang yang akan dibawa, telah tersusun rapi di atas pesawat. Pesawat itu sudah berada di jalur lepas landas.” Seseorang yang betanggung jawab di tempat itu, memberitahu Godfather, bahwa pesawat telah siap lepas landas.

“Baiklah. Mari kita berangkat.” Godfather, Tanpa basi-basi lagi, langsung melangkah menuju pesawat

Pesawat yang akan mereka tumpangi adalah pesawat kargo “C-5 Galaxy”. Pesawat kargo atau pesawat pembawa barang itu, dapat menampung barang 120 ton.

Kinan yang baru kali ini menatap jelas sebuah “Besi Terbang”, makin tercengang ketika ia melihat pesawat kargo yang berukuran raksasa itu telah bersiap untuk lepas landas.

Beberapa menit kemudian, Godfather, Om Beta, dan Kinan telah berada di udara, membelah awan lembut di pagi buta.

Kinan merasa dirinya seperti orang “Terkonyol”. Bahkan ia belum tahu, kemana tujuan mereka. Namun, hanya satu yang ia yakini, pesawat yang ia tumpangi itu akan menuju ke satu tempat yang belum pernah ia bayangkan sama sekali.

Kinan yang telah berada di dalam pesawat kargo itu, masih sibuk melihat-lihat. Sesekali ia menatap keluar jendela.

“Paman, ke mana tujuan kita? Lalu, mobil-mobil super(Super Car) itu, akan dikirim ??” Kinan yang sangat penasaran, mulai bertanya.

“Kau sabar saja. Kita akan berkeliling bumi”.
“Berkeliling, Bumi?’
“Maksudnya?”

“Yah, kita akan berkunjung ke setiap negara/Kota yang telah kami kuasai.”
“Kau tenang saja, nak Kinan. Yang akan kau lakukan ketika kita tiba di sana, hanyalah tersenyum ramah kepada setiap orang di sana. Siapapun itu. Aku akan mengenalkanmu kepada setiap pimpinan di setiap penjuru Bumi ini”
Kinan tak merespon, bahkan dengan mimik wajahnya sekalipun.
Kinan sangat menikmati perjalanan pertamanya ke luar negri, dan sekaligus perjalanan pertamanya dengan menumpangi pesawat. Bahkan pesawat yang berukuran jumbo.

Dalam perjalanannya, kinan lebih sering melihat keluar jendela. Menikmati pemandangan yang belum pernah ia sebelumnya. Hari itu adalah hari yang sangat berkesan baginya, dan itu takkan terlupakan.

Mungkin ia dapat menikmati pemandangan sangat tenang. Terlampau serius, Kinan hampir tak menyadari bahwa ada sebuah pesawat tempur yang terbang sejajar dengan pesawat yang Kinan tumpangi. Spontan, Khayalnya terpecah akibat pesawat tempur itu. Kemudian, Kinan mencoba melihat jendela bagian kanan, ternyata juga ada pesawat tempur yang terbang sejajar. Genaplah, Pesawat Kargo yang Kinan tumpangi, diapit oleh dua pesawat tempur yang siap kapan saja untuk menembak. Sedangkan Godfather yang telah terbiasa dengan situasi seperti itu terlihat tenang-tenang saja. Ia memberikan kepercayaan kepada Om beta sebagai pilot, dan satu temannya sebagai Ko-pilot.

Kedua jet tempur itu belum juga minggat dari mengapit pesawat kargo yang Kinan tumpangi. Dalam ketinggan 35.000 kaki dari permukaan laut, apapun bisa terjadi. Om Beta sebagai pilot andalan Godfather, mencoba untuk menghubungi kedua jet tempur yang mengapitnya. Tapi itu sia-sia saja. Kedua jet tempur itu tidak memberikan sedikit respon.

Siapapun yang sedang berada di ruang kendali, akan meresakan ketakutan yang sama. Wajah pucat, bibir kering, jantung Berpacu dengan kecepatan maksimal, dan “kebelet pipis”

Lima menit sudah berlalu tanpa kepastian. Om Beta dan anggotanya hanya dapat berpasrah diri. Ia tahu “Tuhan Tahu Yang Terbaik Untuk Hambanya”

5 menit selanjutnya , ruangan kendali kembali “Dingin”, setelah beberapa Menit yang lalu sempat tegang. Kedua jet tempur itu pun telah kembali ke markasnya, setalah memberitahukan bahwa, Pesawat Kargo yang Kinan tumpangi sedang terbang diatas laut armada kapal perang.


To be countinue
#ODOP3










Selasa, 04 Oktober 2016

Perempuan Senja Yang Hilang Dalam Gelap

Oleh : Makhluk Abstrak

PEREMPUAN SENJA YANG HILANG DALAM  GELAP

Udara senja yang begitu khas berhembus menerpa wajah. Rambut panjangnya tergerai anggun. Tapi sungguh, apa yang dipandangi laki-laki itu bukanlah rambut. Ia telah keliru. itu adalah kain, kain yang menutupi rambut dan tubuhnya tergerai indah nan anggun diterpa hembusan angin  senja sore itu.
Entah apa yang dilakukan perempuan berkerudung itu, atau mungkin ia menunggu senja tenggelam? Tapi bukankah ia seorang perempuan, seharusnya ia tahu apa yang harus dilakukan oleh seorang perempuan jika gelap tiba. Atau mungkin saja ia menunggu seseorang? Tapi siapa? Siapa yang ia tunggu? Laki-laki itu semakin bingung. Siapa pulalah yang ia tunggu di pantai sepi ini?

laki-laki itu tak peduli siapa yang perempuan itu tunggu atau apa yang ia lakukan, laki-laki itu akan mengunggunya. Kemudian mengikuti kemana ia pergi ketika ia telah bosan menunggu.

Langit semakin jingga ke hitam-hitaman, setengah bola matahari senja sudah separuhnya tenggelam di ujung batas pandang. Perempuan itu mulai beranjak, entah akan ke mana ia pergi, yang pasti laki-laki itu akan mengikutinya.

Hari semakin gelap, kini giliran sang rembulan bersinar menggatung di angkasa. Sudah cukup jauh perempuan itu berjalan di bawah anggunnya sinar rembulan. Laki-laki itu semakin bertanya-tanya kebingungan, kemana tujuannya? Namun, hanya beberapa saat, ia kembali mengabaikan kebingungannya, dan tetap di belakang perempuan itu hingga sampai ke tempat tujuannya.

Perempuan itu terus berjalan. Namun, langkah kakinya semakin melambat. Apa mungkin ia lelah? Lelah berjalan membelah kegelapan, atau mungkin saja ia tahu bahwa ada seorang laki-laki mengikutinya?
Perempuan itu seakan sedang menuntun dan menunjukkan arah kepada laki-laki itu.

Perempuan itu terus berjalan, meskipun ia tahu bahwa ia lelah. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan laki-laki yang mengikutinya.

Entah mengapa semakin lama mereka berjalan, perempuan itu semakin jauh meninggalkan laki-laki itu, perempuan itu seakan mulai hilang dalam kegelapan malam. Namun  laki-laki itu takkan berhenti meskipun perempuan yang ia ikuti telah hilang dari pandangannya, ia tetap berjalan, mencoba mencari jejaknya.

Mentari kembali menepati janjinya, menyinari setiap jiwa yang rapuh dan kembali membangunkan semangat baru di hari yang baru.

Laki–laki yang semalam mengikuti seorang perempuan yang berjalan di bawah sinar rembulan, kini, pagi hari ini, ia sungguh bertanya-tanya pada dirinya sendiri, “siapakah dia?” dia yang membuatnya penasaran, dia yang membuat si laki-laki itu termenung memikirkannya.

“Apakah perempuan yang menghilang di dalam kegelapan malam itu benar-benar ada? Di manakah kini ia berada?” laki-laki itu sungguh dibuat gila oleh pertanyaan tentang seorang perempuan senja yang hilang dari pandangannya di bawah anggunnya sinar rembulan.

Waktu berlalu begitu cepat. Kebingungannya tak kunjung beranjak, Pertanyaan itu masih berterbangan dalam benaknya. Apakah perempuan  itu hanyalah khayalnya saja atau memang benar-benar ada.

  Kemudian si laki-laki itu mencoba berkunjung ke tempat di mana ia melihat perempuan yang ia lihat sebelumya.

Tepat sekali dugaanya, perempuan yang membuatnya penasaran ada di tempat yang sama saat laki-laki itu melihatnya pertama kali. Waktunya pun sama, saat senja mulai pamit. Namun, kali ini permpuan berkerudung itu sedang bersama seorang laki-laki.
Laki-laki itu bertambah bingung ketika melihat laki-laki yang bersama dengan perempuan berkerudung itu begitu mirip dengannya. Bahkan ia meresa bahwa, laki-laki yang bersama perempuan anggun itu adalah dirinya, dirinya yang kini tengah memandangi dirinya bersama seorang perempuan berkerudung.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba ombak menggulung begitu tinggi, bahkan lebih tinggi dari gedung tertinggi. Ombak itu semakin dekat, seakan siap menerkam dan menghancurkan apa saja yang dilewati.

Semuanya terhempas. Perempuan itu dan laki-laki yang bersamanya, juga laki-laki yang melihat dirinya bersama perempuan itu pun hilang entah kemana setelah di terjang ombak.

Laki-laki itu berteriak, seakan seperti seorang yang ketakutan. Lengkaplah kebingungannya, bagaimana bisa ia berada di kamarnya setelah sore itu. Namun, ketika hangatnya sinar mentari membasuh wajah laki-laki itu, seketika kebingungannya pergi terusir. Hanya meninggalkan rasa penasaran. Baginya, itu adalah mimpi yang indah. Berharap semoga perempuan yang ia lihat itu menjadi nyata.

Selasa, 27 September 2016

HIDUP & MATI CHAPTER 32

SERIAL

HIDUP & MATI

CHAPTER 32

                Beberapa saat setelah memasuki ruangan Godfather, kinan langsung mengambil posisi ternyaman di sofa yang berada dalam ruangan itu.
                Godfather, menyambut Kinan dengan senyumnya yang terlihat begitu “tajam.” Sejenak, ruangan itu terasa sangat sunyi.
                Dengan ekspresi tak sabar lagi, Godfather langsung mendesak kinan untuk segera menjawab pertanyaannya, “Aku yakin, kau telah siap dengan jawabanmu.”
                Kinan hanya terdiam. Hampir tak merespon sama sekali.
                “Baiklah, silahkan.”
                Sinar senja menerobos dan menyirami sisi kanan wajah kinan, “Baik. Aku memutuskan untuk menetap di sini.” Dengan sangat singkat Kinan menjawab pertanyaan pria yang berada di depannya.
                Ia merasa tak perlu  menjelaskan situasinya saat ini, dan ia pun yakin bahwa pamannya akan paham dengan jawabannya.
                Untuk sesaat, paman Kinan Alias Godfather, hanya terdiam dengan jawaban singkat Kinan, lalu kemudian dengan senyuman khasnya, ia mulai menanggapi jawaban Kinan, “haha, sudah kuduga. Kau tak akan mengambil keputusan bodoh. Kau tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku tahu itu.”
                 Kinan hanya terdiam. Ia hampir tak merespon sedikit pun . Sinar senja yang menerobos ruangan itu melalui jendela kaca, menyirami sisi kanan wajah kinan, dan rambut yang hampir menutupi dahinya tergerai diterpa angin alami yang menyusup melalui jendela gedung tinggi itu.
                “Nah, kalau begitu, karena hari sudah hampir gelap, kau istirahatlah. Hari esok menunggumu. Aku sendiri yang akan mengantarmu ke kamar yang akan menjadi tempatmu beristirahat selama kau tinggal di sini.”
                Kemudian, tanpa basa-basi lagi, Godfather mulai berdiri dari kursinya, dan berjalan menuju pintu, dengan kinan yang tanpa disuruh lagi mengikutinya dari belakang.       
Kinan dan Godfather berjalan melalui lorong-lorong dalam gedung itu yang terdapat banyak penjaga.
Beberapa langkah sebelum Godfather melewati  barisan penjaga yang sedang santai ria, penjaga-penjaga  itu spontan merapikan posisinya  dan  siap memberi hormat kepada Godfather. Ia bak Jendral yang sangat dihargai.
               
                ...
               
                Akhirnya mereka tiba di tempat yang dimaksud oleh Godfather. Namun, Kinan merasa  ia pernah ke tempat itu sebelumnya. Yah, entah apa yang dipikirkan oleh pamannya itu. ia membawa Kinan ke ruang tahanan.
                “Hei..., apa ini? mengapa ia membawa ku ketempat ini?” Kinan mengeluh dalam hati.
                Dengan wajah serius, Godfather bertanya kepada anak dari saudara kembarnya itu,“Inilah tempatmu, nak. Apa kau suka?” 
                Seperti biasa , Kinan hanya terdiam. Namun, kali ini ia terdiam karna ia benar-benar tak tahu apa yang harus ia katakan. Tentu saja kinan tak menyukai tempat ini. Ia tak menyangka bahwa pamannya itu akan membawanya kemari.
                “Kalau begitu, silahkan kau masuk dan beristirahatlah.” Godfather menyuruh  Kinan untuk segera masuk.
                Dengan wajah lesu, dan kakinya yang mulai terasa berat,  mencoba menerima dan melangkah perlahan memasuki ruangan yang hanya berdindingkan jeruji besi.
                Tetapi, tepat saat kaki kanan Kinan telah menapak pada bagian dalam sel, ia terkejut karna tanpa ia sadari, Godfather memegangi bahu kiri kinan dengan irama yang seakan menahannya untuk menghentikan langkahnya. Sontak Kinan menoleh ke arah pamannya. Ia benar-benar bingung sekaligus heran. Pamannya tersenyum. 
                “haha, hei..., ayolah aku hanya bergurau. Mana mungkin aku membiarkanmu tidur di dalam sel tahanan. Bisa-bisa aku dihajar oleh ayahmu, jika saja ia masih hidup.” Godfather mencoba mencairkan suasana.
                Lagi-lagi Kinan hanya terdiam. Ia hanya sedikit tersenyum mendengar perkataan pamannya. Meraka mulai akrab.  
                “Sudah aku duga.” Kinan mencoba tenang.

                ...

                “Bagaimana dengan pengiriman barangnya, apakah lancar?” godfather bertanya kepada salah satu bawahannya melalui telepon genggam.             
                “Eee, i, ia bos. Lancar-lancar saja. Cuma ada sedikit kendala. Tapi bos tenang saja, kami akan membereskanya” orang di sebrang sana menjawab dengan terbata-bata. Mencoba membuat Godfather tak memarahinya.
                “Baiklah. Jangan sampai terlambat. Kau tau akibatnya.” Godfather memastikan dengan ancaman.

                Godfather, sang penguasa mafia dunia ini, selalu paham dengan setiap perkataan anak buahnya. Ia tak dapat dibodohi.

Senin, 26 September 2016

Mengapa Aku Ingin Menjadi Penulis

“Mengapa Aku Ingin Menjadi Penulis"

Di dalam dunia menulis, saya lebih dapat dikatakan sebagai “junior” daripada “senior”. Hhmm, entahlah.  meskipun tak ada yang menyebutnya seperti itu.

Sebelum masuk ke pembicaraan inti, akan lebih lengkap rasanya jika saya membahas mengapa saya terjun di dalam dunia menulis. “Mengapa saya terjun ke dalam dunia menulis”.

Sebenarnya hal itu tak penting, penting amat, sih. Hanya saja, saya ingin memperpanjang tulisan ini.

Nah, kembali lagi. “Mengapa saya terjun dalam dunia menulis”. Waktu itu, sekitar 5 tahun lalu, saat status sosial saya masih sebagai pelajar kelas dua SMK. Saat itu adalah hari pertama saya menjalani masa PKL(Praktek Kerja Lapangan), dan pada hari itu pula lah saat pertama kali saya jauh dari orangtua. Tentu saja saat perubahan lingkungan hidup, entah itu manusia atau hewan, pasti akan melalui masa transisi, atau biasa juga disebut sebagai masa-masa beradaptasi. Pada masa itulah entah apa yang merasuki saya, sehingga saya merasa ada sesuatu yang “menusuk” dada saya hingga tembus, melalui sela-sela tulang rusuk, menyusup di bawah paru-paru. Saya tak begitu yakin di mana, tapi saya bisa pastikan itu di dada saya. Tusukan itu menyakiti dada saya. Itulah yang memotivasi saya untuk mencurahkan apa yang saya rasakan ke dalam tulisan. Namun, itu hanya menjadi privasi. Setelah hari itu, kejadian-kejadian tertentu dan hal-hal baru yang saya pahami, pastilah itu akan saya tuangkan ke dalam tulisan. Dengan maksud, agar saya tetap mengingat itu. Sekalipun otak adalah alat mengingat tercanggih yang pernah ada.

Sejak hari itu, saya terus mengembangkannya. Hingga tiba saat pertama kali terbesit di pikiran saya keinginanan menjadi seorang penulis. Namun, beberapa menit kemudian, saya bertanya dengan apa yang saya pikirkan. “Bukankah saat ini pun saya adalah seorang penulis?” kemudian saya kembali berpikir, “Jika saya adalah seorang penulis, apakah saya tahu kewajiban seorang penulis?”. Saya terus bertanya pada diri saya sendiri, “Apakah saya dapat dikatakan sebagai seorang penulis, hanya karna saya menulis?”. Kemudian saya kembali berpikir, “ Untuk apa saya menulis sesuatu yang tak bermanfaat sama sekali bagi orang lain?”. Mulai dari situ lah saya merasa harus menulis sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.

Nah, jadi, ketika ada yang bertanya atau ada suatu perkataan seperti inti dari tulisan ini, “Mengapa saya ingin menjadi penulis?”, maka saya akan menjawab atau menimpali perkataan itu dengan, “Karena saya ingin menulis sesuatu yang bermafaat bagi orang lain.”

Sebenarnya inti dari tulisan ini sangatlah pendek. Hanya saja,  kisah sebelum masuk ke  inti tulisan ini cukup panjang. Meskipun jika dilihat kembali, tulisan ini sangat pendek.

Kamis, 08 September 2016

SERIAL HIDUP & MATI 31

SERIAL
HIDUP & MATI
Chapter 31

          Suasana ruang tahanan begitu senyap, setelah kinan yang kini telah bergabung dengan Anto  dan Sidra selesai menjelaskan segala hal yang telah terjadi saat ia tak bersama dengan mereka.

          Sedangkan om Beta hanya terdiam kebingungan mendengarkan Kinan menjelaskan keadaannya.

          “Jadi seperti itu?” Anto memecah kesenyapan.

          “Ternyata ketua komplotan yang menghadang kita malam itu adalah pamanmu?” Anto kembali memastikan.

          “Ya.”

          “Hmm ..., begitu, yah.” Anto melirik Sidra, kemudian om Beta, dan tekakhir Kinan.

          Sidra tampak tak mengerti apa maksud Anto meliriknya. Namun tidak untuk om Beta, ia mengangguk ke arah Anto. Menandakan  bahwa ia setuju, kini giliran mereka yang menjelaskan situasi, melalui Anto.

          “Begini. Kau pasti terkejut sekaligus bingung, mendapati kami di tempat ini. Aku pun yakin, kau tak sedikit pun berpikir akan mendapati kami di tempat ini. Beberapa minggu terakhir setelah malam itu, sikapmu sangat berubah, dan kami(Anto dan Sidra) sepakat untuk mengikutimu kemana pun kau pergi saat kau tak bersama kami. Hingga tiba hari ini. yah, mungkin seajuh ini kau sudah bisa mengerti. Kami mengikutimu ke “Hutan Rimba” ini. sebelumnya aku dan sidra benar-benar tak pernah menyangka bahwa kau akan mendatangi tempat ini. nah, mengapa kami berada di sel ini bersamamu, karna kami mencoba masuk untuk mencarimu, apapun resikonya, dan membawamu kembali. Namun, setelah kami bertemu dengan om beta, keadaan menjadi terlabik. Sebelumnya kami yang sangat membutuhkan bantuan, ternyata malah sebaliknya. Yah, kami, kita akan membantu om beta untuk melepas kekangan terhadap para anggota pasukan elit ini. singkat cerita, pamanmu itu  atau godfather, mengancam akan membunuh keluarga anggota pasukan elit itu, jika mereka tak menaati aturan yang berlaku di tempat ini. jadi, karna kita tak terikat oleh aturan di tempat ini, maka aku dan anto memutuskan untuk membantu om beta dan seluruh anggotanya untuk memberontak.”

          kinan hanya diam setelah mendengarkan penjelasan dari Anto. Namun, ekspresinya sudah dapat menggambarkan bahwa ia telah paham.

          “Kini giliranmu untuk memutuskan, apa kau ingin ikut dalam misi membantu om beta dan anggotanya, dan apakah kau ingin tinggal di tempat ini, seperti yang di tawarkan pamanmu, atau kau ingin kembali?” Anto yang begitu agresif seperti biasanya, langsung mendesak Kinan untuk segera memutuskan.

                   Kinan benar-benar diperburuk oleh pilihan. Ia tak boleh gegabah dalam memutuskanya, atau akan ada nyawa orang terdekatnya melayang. Sungguh pilihan yang berat bagi kinan. Di sisi lain ia teramat ingin untuk mencapai ambisinya dalam mencari jawaban dari pertenyaan besarnya, dan mencari sesosok perempuan.

          “Baiklah, aku tak punya pilihan lain kecuali tinggal di tempat ini, sekaligus membantu om beta, dan “kembali bersama kalian” saat aku mendapat tugas lapangan. Aku rasi itulah satu-satunya pilihan yang tepat, dan dapat mengimbangi keadaan.” Kinan telah memutuskan.

          Keputusannya adalah keputusan yang sangat tepat. Itulah mengapa Anto dan Sidra menganggap kinan sebagai pemimpin mereka. Setiap perintah atau keputusan kinan, selalu menjadi kesepakatan mereka tanpa ada yang keberatan sedikit pun.

          Anto kembali melirik ke arah sidra, “Baiklah, lalu? Apa yang harus kita lakukan?” Tanpa basa-basi lagi, Anto langsung ingin memulai misi besar mereka.

          “Pertama-tama kita harus menyusun strategi, dan itu serahkan padaku. Tapi aku butuh waktu beberapa hari untuk itu.” om beta sebagai ketua pasukan elit, sangat lihai dalam menyusun strategi.

          “Sidra,Anto. Apa kalian ingin bermalam di sel untuk malam  ini?” om beta mencoba memberi pilihan kepada mereka berdua.

          “Bermalam di sini? Tidak, tidak. Aku tidak akan bermalam di sini. Orang tuaku akan bingung mencariku, nanti.” Sidra mulai sedikit cemas.

          Anto hanya melirik Sidra, tanpa berkomentar sedikit pun. Bagi Anto bermalam di manapun, jadi.

          “Baiklah, kalau begitu. Akan aku pastikan kalian sampai di tempat kalian dengan aman” om beta langsung mengerti maksud dari sidra.

          Tanpa basa-basi lagi. Om beta mulai berdiri dan bersiap-siap untuk memulangkan Anto dan sidra.

          Namun, belum sempat om beta bergeser dari tempatnya, salah satu bawahannya, datang.

          “Sore, pak. Godfather memintaku agar tahanan yang bernama kinan itu, dibawa ke ruangannya.”
          “Baiklah, silahkan bawa dia.”
          Tanpa basa-basi lagi salah satu dari pasukan elit itu, membawa kinan kembali ke ruangan pamannya.


...


          Kinan pun tiba di depan ruangan Godfather, atau pimpinan besar mafia internasional itu, dan sekaligus sebgai pamannya. Kinan telah menyiapkan jawabannya, dan itu sudah bulat. Ia yakin, pamannya akan senang mendengar apa yang ia pilih. Kinan benar-benar telah mengambil keputusan yang sangat bijak. Tanpa ada pihak yang akan keberatan dengan keputusannya itu. Hal itu lah yang sangat spesial dalam diri kinan.












To be continue...










                                                                          penulis: Makhluk Abstrak

Rabu, 17 Agustus 2016

Ujian Tuhan dan Azab dunia

Ujian Tuhan dan Azab dunia, memang telah jelas bahwa keduanya berbeda. Namun, tak banyak manusia yang dapat membedakannya. Jika hal itu terjadi, sungguh akan merugikan diri kita sendiri.

Ujian Tuhan dan Azab dunia, memang berbeda. Namun, bukan berarti tak ada persamaannya. Nah, persamaannya inilah yang membuat banyak manusia tak dapat membedakannya.

Ujian Tuhan, biasanya berbentuk, "Penderitaan", dan begitu pula bentuk dari pada Azab. Sama-sama bermakna suatu "penderitaan."

Ujian Tuhan, biasanya betujuan untuk menguji keimanan suatu kaum. Ujian itu banyak yang mengarah kepada "Kepedihan hidup" atau malah sebaliknya yaitu, "Kekayaan harta."

Itulah yang membuat tak banyak manusia dapat membedakannya. Coba saja bayangkan, siapa yang akan menyangka, bahwa kekayan yang dimiliki seseorang merupakan ujian Tuhan? Malah sebaliknya, ia akan merasa bahwa itu adalah Rezeki dari Tuhan. Jika itu terjadi, sungguh sangat disayangkan.

Azab dunia, Biasanya akan menimpa seseorang bukan karna Tuhan "Benci padanya." Tapi Karna perbuatan dosanya sendiri. Nah, azab dunia yang menimpa seseorang itu "Seharusnya" bertujuan agar ia sadar akan perbuatan dosanya. Bukan malah makin jadi(Semakin menderita, semakin berbuat dosa)

"Semakin kita berbuat baik terhadap sesama, maka akan semakin jauh pula Azab dunia. Namun, ketika Semakin kita ingin mencelakakan sesama, maka akan semakin dekat Azab dunia.

Makhluk Abstrak

Rabu, 20 Juli 2016

Serial HIDUP & MATI (30)

SERIAL

HIDUP & MATI

Chapter 30

Sidra , Anto da om Beta masih duduk berhadapan dengan dibatasi oleh jeruji besi. Sidra dan Anto berada di dalam dengan duduk bersila menghadap keluar, begitupun sebaliknya dengan om beta.

“kemudian, apa rencana kita?” Tanpa perlu basa-basi lagi, Anto langsung mencoba untuk bergerak secepatnya. Seperti biasa ia sangat agresif.

“Pertama-tama, kita harus mencari kinan.” Kini giliran sidra.

“Baiklah, kita susun rencana untuk mencari teman kalian yang bernama kinan itu. Aku jadi sedikit penasaran dengannya” om beta setuju dengan usulan sidra, dan juga terlihat ingin secepatnya untuk bergerak.

‘Begini, kemungkinan besar teman kalian si kinan itu berada di ruangan
“godfather”(*), dan itu berada di lantai 30 gedung ini. Itu adalah puncaknya. Untuk masuk ke ruangan itu, kita harus memiliki keperluan penting. Jadi, kita tak perlu ke puncak. Kita hanya perlu mempercepat durasi pembicaraan mereka. Karena ketika mereka telah selesai, aku yakin anak itu akan di giring ke tempat ini juga untuk sementara. Jadi sederhananya, untuk sementara kita harus menunggu, dan mencoba mengubungi ruangan godfather untuk mempercepat. Hanya saja yang menjadi Kendalanya, ketika kita menghubungi ruangan itu, kira-kira hal apa yang membuat godfather tertarik dan menyelesaikan obrolannya seketika?” om beta yang telah hafal dengan setiap situasi dan kondisi gedung itu, menyusun rencananya dengan begitu hati-hati dan tidak gegabah.

(*Godfather adalah pimpinan utama organisasi rahasia itu)

@Dalam ruangan Godfather, di mana kinan berada.

Seteleh kinan memotong pembicaraan pamannya, hingga saat ini ia masih menunggu. Duduk memandangi gelas yang berisi teh di hadapannya.

Paman kinan pun terlihat masih enggan untuk melanjutkan ceritanya. Meskipun ia tahu betul apa yang harus ia ceritakan, dan juga ia tahu betul jawaban dari pertanyaan besar dalam hidup kinan.

“Hei, mengapa ka diam saja? Sampai kapan aku menunggu?” Kinan yang mulai gelisah mencoba mendesak pamannya yang kini sedang duduk di kursi godfather.

Paman kinan hanya menyeringai.

“Nak, kinan. Pertanyaan besar dalam hidupmu saat ini, aku bisa bisa saja menjawabnya sekarang jika aku mau. Tapi sayangnya aku tidak ingin menjawabnya sekarang, karena aku tahu, ini bukanlah saat yang tepat. Aku ingin kau tetap berada di sini hingga saat itu tiba. Kau akan aku didik, menjadi apa yang kau inginkan. Mengembangkan bakatmu, dan akan aku jamin masa depan yang cerah bagimu, nak. Jadi, menetaplah bersema pamanmu ini. Apapun yan kau inginkan akan kau dapatkan, ketika kau bersamaku, nak. Apa yang kau inginkan? Harta? Tahta? Wanita? Akan aku berikan.”

Kinan sangat terkejut mendengar pengakuan pamannya, bahwa ia tahu

“apa yang terjadi pada saat itu” saat sebelum ia dilahirkan, dan permasalahan apa yang terjadi sehingga ia diasuh oleh orang tua angkatnya.

“Aku bahkan tahu siapa yang sedang kau cari dalam hidupmu.”
Kinan kembali terkejut, dan terpaku. Ia tak tahu lagi harus berkata apa. Pamannya telah berhasil membuat kinan berada dalam keadaaan dilema antara 2 pilihan besar. Kinan telah terjun kedalam lubang dilema yang tak berujung. Ia harus memilih. Tetap tinggal demi pertanyaan besar dalam hidupnya, atau kembali bersama sidra, anto, dan mawar untuk menggapai jawaban itu bersama-sama. Sungguh pilihan yang sangat sulit bagi kinan. Ia tak boleh gegabah. Ia harus berpikir matang-matang.

“Baiklah, aku yakin kau pasti sulit untuk memilih. Jadi silahkan kau berpikir beberapa saat.”

“tok tok tok” suara pintu diketuk dari luar.

“masuk” paman kinan memerintah
Kemudian muncullah sesosok pria besar tinggi dengan pakaian militer, dan menenteng senjata Ak-47.

“Bawa dia.” Paman kinan kembali memerintah.
Tanpa menjawab, pria besar itu langsung menggenggam lengan kinan dengan kasar, lalu menariknya dengan paksa. Kinan paham dengan situasinya. Ia hanya sedikit memberikan perlawanan, karna ia tahu akhirnya.
Sebelum kinan benar-benar keluar dari ruangan itu, ia sempat mentap tajam pamannya yang menyeringai.

Kinan di giring melalu lorong gedung. Dinding-dindingnya di hiasi lukisan-lukisan mahal. Karpet yang sangat empuk. Udara yang sejuk. Sungguh gedung mewah.

--

Kinan dan pria besar yang membawannya tadi, telah sampai di ruang tahanan. Di sana masih terlihat om beta yang duduk bersila mengahadap ke dalam sel.

“Lapor, pak. Saya serahkan tahanan ini” pria besar tadi, tanpa basi-basi langsung mempercayakan kinan kepada atasannya.

Om beta yang sedang serius menyusun rencana untuk menhadirkan kinan secepat mungkin, dikagetkan dengan suara lantang bawahannya yang menggema di langit-langit ruangan itu.

“i-ia. Silahkan keluar.”

“baik, pak” tanpa banyak tanya lagi, si pria besar anggota pasukan elite itu pun langsung pergi dan meninggalkan kinan.
Kemudian om beta menghampiri kinan. Sedangkan Sidra dan Anto yang sangat penasaran mencoba mengintip melalui sela-sela jeruji besi. Namun itu sia-sia saja.

“siapa nama mu, nak?” om beta langsung menanyakan nama
Kinan tak langsung menjawab. Ia mencoba menatap mata om beta, seakan sedang mencari sesuatu.

“Kinan.” Kinan yang telah paham dengan situasi, menjawab singkat.
Sedangkan om beta, terkejut saat mengetahui bahwa pemuda yang berdiri di hadapannya itu adalah kinan.
Tentu saja om beta terkejut. Ia sedang menyusun rencana untuk menghadirkannya secepat mungkin, dan kini ia ada di hadapannya.
“ternyata ini, orangnya.” Om beta bergumam dalam hati.

Cerita kinan masih akan berlanjut. Nantikan lanjutannya :)

Oleh:Makhluk Abstrak




Senin, 18 Juli 2016

Serial HIDUP & MATI (29)

Serial
HIDUP & MATI
Chapter 29

Setelah di pukuli habis-habisan di ruang interogasi, Sidra dan Anto kini digiring dengan kedua tangan mereka yang terborgol menuju ruang tahanan.

“Untuk beberapa waktu, di sini tempat kalian” Si bos yang memukuli Anto tadi, mencoba berkata ramah.
Setelah Sidra dan Anto berada di dalam penjara. Si bos pasukan elite itu bukannya langsung beranjak pergi, ia mengambil posisi duduk bersila menghadap ke dalam penjara, dan berhadapan dengan Sidra maupun Anto yang di batasi oleh jeruji besi.
Si bos itu membuka percakapan. “ Hei, siapa nama kalian?” dengan suara yang datar, seperti biasanya
Sidra dan anto saling tatap. Sedikit bingung dengan situasi.

“Aku Anto, dan dia Sidra sahabatku” Anto yang mulai paham dengan situasi, menjawab dengan tenang. Meskipun ia babak belur setelah dipukuli.

“Panggil saja aku, Om beta”
Sidra dan Anto kembali saling melirik satu sama lain.

“Aku di sini sudah cukup lama, sekitar 10 tahun-nan. Memimpin pasukan elit yang menjaga tempat ini. Sejak kami ditugaskan di tempat rahasia ini, hanya beberapa kali saja kami diberi kesempatan berjumpa dengan anak dan istri di rumah. Keluarga kami diancam akan dibunuh ketika kami melanggar peraturan. Jadi, dengan kata lain, keselamatan keluarga kami berada pada ketaatan kami terhadap aturan. Sekali saja kami melanggar. Maka habislah sudah. Hingga saat ini, tak ada cara bagi kami untuk memberontak, kami memilih untuk patuh. Karena keluarga adalah hal yang lebih berharga dari pada nyawak kami sendiri” Si bos yang ingin di panggil dengan nama om beta itu menjeda ceritanya, dengan menghela nafas dalam-dalam. Seakan membuang beban berat.

“Aku merasa, setiap latihan keras yang kami lewati hingga menjadi seperti ini, benar-benar telah disalah fungsikan. Latihan kami sebenarnya untuk mengamankan dan mengabdi kepada negara, Bukannya mafia.” Om beta kembali menghela nafas

“Mungkin ini akan terdengar seperti lelucon. Tapi, aku harus mengatakan bahwa untuk beberapa Alasan dan situasi, Aku sebagai kepala pasukan membutuhkan bantuan kalian. Yah... Kami membutuhkan bantuan kalian untuk memberontak, tanpa ada keluarga kami yang akan menjadi korban. Aku yakin kalian pasti bisa. Karena kalian tak terikat, dan itu kesempatan emas”
Sidra dan Anto kembali baku tatap untuk yang ketiga kalinya. Namun kali ini mata mereka membelalak dan alis yang naik membuat dahi mereka mengkerut, ditambah lagi mulut mereka sedikit menganga karena begitu terkejut mendengar perkataan om beta yang meminta bantuan pada mereka. 2 pemuda yang aktifitasnya hanya sebagai mahasiswa.

“Tentunya akupun akan membantu kalian untuk menyelamatkan teman kalian. Dari awal aku sudah curiga. Kalian ke sini bukanlah untuk mencoba mencuri.”

“Dari mana kau tahu?” Anto yang begitu penasaran langsung memotong.

“Aku tahu benar, kebenaran atas apa yang dikatakan orang lain kepadaku. Saat si tong(paman cs) mengatakan bahwa kalian mencoba untuk menyusup ke tempat ini, aku merasa ada yang ganjil. Kemudian dengan cepat dan sangat teliti, aku mendapatkan “sesuatu” di mata si tong. Dari situlah aku mulai yakin bahwa kalian ini bersekutu dengannya. Aku sudah kenal baik dengan si tong. Meskipun baru 3 bulan.”  Om beta mulai terbuka kepada Sidra dan Anto.

“Tapi om, kami takkan melakukan apa-apa untuk om, kecuali kami bertiga dengan teman kami yang bernama kinan. Ia berada di salah satu ruangan di gedung ini.” Kini Sidra yang mengambil kesempatan untuk menekan om beta agar segera mencari kinan.

Akhirnya mereka pun sepakat bekerjasama untuk memberontak dan menghancurkan mafia raksasa itu, dan dari sinilah dimulai pertempuran antara segerombol “semut merah” dengan kawanan “gorila”.

Nantikan lanjutannya.

Penulis: Makhluk Abstrak






Rabu, 13 Juli 2016

Sisi Buruk dan baik

  Setiap manusia pasti memiliki dua sisi yang berbeda dalam dirinya, yaitu terang dan gelap. Sebenarnya bukan hanya manusia, hewan, tanaman, dan bahkan planet bumi kita pun memiliki sisi gelap dan terang.

Nah, jika kedua sisi ini dikaitan dengan tingkah laku manusia, maka akan terlintas di benak kita soal perilaku baik dan buruk.

Setiap manusia pastinya memiliki pendapat atau pemikiran yang berbeda terkait permasalahan apapun. Begitupun tentang perilaku buruk dan baik.

beberapa manusia mungkin berpikir bahwa, perilaku buruk yang ia miliki adalah suatu hal yang sangat tak pantas untuk diumbar, di depan umum, maupun di depan seseorang tertentu yang dapat membuat citra manusia itu rusak. Nah, manusia yang berpikiran seperti ini biasanya rentan sekali di cap sebagai manusia yang munafik.

Beberapa manusia lain berpendapat bahwa, settiap perilaku baik dan buruk mereka, memiliki tempatnya masing-masing. Misalnya, ketika mereka berada di suatu tempat yang berwarna putih, maka mereka berpikir untuk menjaga sikap dan “menyembunyikan” perilaku buruk mereka, atau citra mereka  akan rusak. Begitupun sebaliknya, ketika mereka sedang berada di tempat yang berwarna hitam, mereka tak berpikir untuk menjaga sikap. Hanya saja, disaat mereka berada di tempat yang berwarna hitam, bukan berarti mereka juga mencoba untuk “menyembunyikan” perilaku baik mereka.

Nah, sisa manusia lainnya, sangat berbeda. Mereka tak peduli di mana pun mereka berada, entah di tempat berwarna putih atau pun hitam, mereka hanya bertingkah semaunya, seenaknya dan sejadinya. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri. Inilah manusia yang biasa disebut manusia KURANG AJAR

Senin, 11 Juli 2016

Serial HIDUP & MATI 27-28

SERIAL
HIDUP & MATI
Chapter 27

“Di mana keberadaan anak itu, belakangan ini aku tak pernah melihatnya.”

“Aku juga tak tahu ayah, padahal aku ini teman baiknya. Tapi di manapun ia berada, kuharap ia baik-baik saja.”

“Hmm… semoga saja. kurasa aku mulai khawatir. Tidak-tidak, Bukan mulai khawatir, Lebih tepatnya aku harus segera mengkhawatirkannya.”

“jangan-jangan, ia bertemu dengan…”

“Siapa ayah? Jangan-jangan ia bertemu dengan siapa??”

******************************
Anto, sidra dan si paman cs telah tiba di parkiran gedung yang katanya gedung paling aman di kota ini. Bagian depan gedung, terlihat dipenuhi dan dijaga ketat oleh pasukan bersenjata. pasukan yang berjaga di depan gedung itu, benar-benar telah siap tempur. Dengan menenteng senjata seperti SMG, AK-47, dan bahkan senapan mesin kelas berat. Seakan-akan tempat itu menjadi sasaran utama dalam peperangan. Wajar saja, tempat itu adalah markas besar mafia kelas kakap yang cakupannya telah mencapai 80% wilayah planet bumi ini. Hampir di setiap Negara, paling tidak, ada 5-12-an cabang yang tersembunyi. bahkan melebih dari pada kedubes milik Negara-negara maju. Kelompok mafia itu, bergerak di berbagai aspek, mulai dari perpolitikan, perdagangan(senjata dan manusia), Narkoba, kemaritiman, dan bahkan kelompok ini juga menguasai angkatan militer di beberapa Negara. Mereka bermain dalam gelap. Meraka betah dalam gelap tak terlihat. Lincah, gesit, agresif, dan begitu jenius dalam melakukan kerjanya. Karena itulah kelompok ini benar-benar tak terdeteksi sama sekali. Bahkan, meraka tak pernah satu kali pun berurusan dengan pihak kepolisian, apa lagi dengan pasukan-pasukan elit antiteror. Sungguh orgnanisasi besar yang sangat mengerikan.

Saudara kembar ayah kandung kinan, adalah salah satu pimpinan tinggi dari lima pimpinan yang terbagi atas 5 wilayah, yaitu Eropa, Asia, Amerika(Utara dan Selatan), Australia, dan Afrika. paman kinan mempimpin wilayah Asia, yang menjadi daratan terbesar dan terluas di bumi.

Sebelum organisasi itu berkembang dan menguasai 5 benua, organisasi itu hanyalah perkumpulan para pengusaha sukses dan para milarder yang berjiwa nasionalis peduli Negara dan peduli masyarakat kecil.

Orientasi atau arah gerak organisasi ini pun tidak mengarah kepada kepentingan pribadi maupun mencari keuntungan. Organisasi ini benar-benar bekerja dan membantu dengan ikhlas.

Organisasi ini terus berkembang dan tak pernah sama sekali keluar dari jalur tujuan. Namun, itu semua hanya terjadi pada masa kepimimpinan ayah angkat kinan.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tiba saat ajal menjemput ayah angkat kinan, yang meninggalkan begitu banyak pelajaran hidup bagi para anggota lain.

Setelah kepergiannya, saudara kembar ayah kandung kinan yang menggantikannya dan mengarahkan organisasi itu. Namun, pada awal masa kepemimpinan paman kinan, organisasi ini mengalami pergejolakan. Para anggota beradu paham. Tak ada yang dapat melerai. Membuat suatu kondisi yang begitu menegangkan, atau dengan kata lain, organisasi ini benar-benar telah di ambang kehancuran. Namun, siapa sangka, kehancuran yang sudah di depan mata, berbalik arah dan perlahan-lahan meninggalkan tepi kehancuran untuk menuju puncak kebesaran.

Ketika kekacauan telah mereda, banyak anggota yang memilih untuk mengundurkan diri, karena kalah dalam “perang” ideologi. tapi itu bukan masalah besar. Paman kinan yang kini menjadi pimpinan tertinggi wilayah Asia, dan sekaligus ketua umum organisasi itu, kembali merekrut para pengusaha yang memiliki jaringan yang sangat luas, sebagai anggota. Hanya saja, para pengusaha itu bukanlah pengusaha-pengusaha berjiwa nasionalis, peduli Negara, terlebih lagi untuk peduli masyarakat kecil. Tidak sama sekali. Mereka adalah orang-orang serakah. Meraka pengusaha kaya yang tak akan pernah puas dengan apa yang meraka miliki saat ini. Mereka hanya terus mencari, mencari dan mencari penghasilan lebih demi kesenangan dunia semata, tanpa peduli jalan manapun yang akan mereka tempuh.

Organisasi rahasia yang menguasai 5 benua itu hingga saat ini, memiliki lebih dari 500.000 anggota secara keseluruhan, dan semua terkendali dengan baik.

“Hei, paman. Apa kau yakin, dengan kita masuk begitu saja secara transparan seperti ini akan berhasil?”. Anto yang tak cukup yakin dengan rencana si paman cs, untuk masuk secara transparan, mencoba bertanya untuk meyakinkan dirinya sendiri.

“Tenanglah, untuk hal ini serahkan saja padaku. Kalian hanya tinggal berjalan di belakangku saja. cobalah untuk bersikap biasa, dan jangan terlihat tegang, santai saja” si paman cs yang telah cukup lama bekerja sebagai supir di markas besar itu, sudah terbiasa dengan suasana di sana. Wajahnya telah menjadi pemandangan yang sangat membosankan bagi penjaga-penjaga itu.

Mereka mulai masuk melalui pintu utama, dan melewati setiap penjaga seperti berjalan di tengah-tengah kebun, mengabaikan pepohonan yang berbaris rapi.

“hei, paman.”

“sst… diam. Ikuti saja kataku.” Dengan berbisik, si paman cs kembali mengingatkan Anto.

----

Salah seorang pria kekar menghampiri si paman cs. Hanya saja, pria kekar ini tak mengenakan perlekapan bersenjata. Ia hanya memakai pakaian biasa, dengan bawahan celana jeans biru, dan atasan kaos putih berkerah. Ditambah kacamatanya yang tergantung di kerah bajunya.

“eh, bos.” Si paman cs menyapanya.

“hmm… apa kabar kau, tong?”

(Si paman cs, biasa di sapa “tong”, oleh teman-teman dekatnya di markas besar)



Chapter 28

“ehehe… baik bos” si paman cs atau yang sering di sapa “tong” oleh rekannya di markas besar itu, tersenyum lebar sambil tangan kanannya mencoba menggaruk kepala  bagian belakangnya yang hampir sama sekali tak gatal.

Dengan muka yang sama sekali tak bereskpresi, si pria yang di sapa “bos” oleh si paman cs bertanya, pun dengan suara yang begitu datar, “ada perlu apa kau kemari? Tak biasanya…”

“ee… ini bos, saya bawa dua orang pemuda yang tertangkap basah oleh saya mencoba menyusup ketempat ini. Entah apa yang mereka cari. Mereka mengendap-endap” suara paman cs yang tadi amat ceria, kini berubah menjadi serius.

Hening. Susana seketika hening. Sidra dan anto saling tatap tak menyangka apa yang telah dikatakan oleh si paman cs barusan.

Si bos yang sedang berdiri berhadapan dengan si paman cs, mulai berekspresi, ia mengkerutkan dahi, pun tak menyangka dengan apa yang telah ia dengar.

Tentu saja, bagaimana mungkin. Pertama, tempat itu adalah tempat yang kerasahasiaannya benar-benar terjaga, ketika ada seseorang yang tak berkepentingan mengetahui tempat itu, maka paling tidak, nyawalah yang akan menjadi bayarannya. Kedua, tempat itu adalah tempat yang paling kondusif di kota itu.

Si bos tadi, benar-benar tak habis pikir. bisa-bisanya ada dua orang pemuda yang berani mengantarkan nyawanya ketempat ini? Apa yang mereka cari??

Sesuatu apa yang lebih berharga dari pada nyawa mereka sendiri? Akan menjadi sebuah lelucon, ketika kedua pemuda itu datang hanya untuk mencuri.

Si bos tadi, masih terdiam dengan dahinya yang masih mengkerut, dan dengan kedua tangannya yang terlipat di atas dadanya. Masih  mencoba untuk memahami situasi. Hal ini benar-benar suatu yang tak masuk akal baginya.

Kini, si bos mulai menatap tajam mata si paman cs. Tatapan tajamnya, seakan mencari sesuatu. Sesuatu yang tak tampak. Sesuatu yang tersembunyi di mata si paman cs. Namun, tetap saja, ia tak menemukan apa-apa.

Akhirnya si bos para penjaga ini, mengambil keputusan, setelah beberapa menit mencoba mencari sesuatu yang tak ia pahami dari kedua pemuda itu, dan perkataan si paman cs.

“baiklah, untuk sementara Bawa mereka ke ruang interogasi”

####

Kini, sidra dan anto berada dalam ruangan sebesar 6 x 6 meter persegi. Putih. Tak ada warna lain. Hanya ada dua
kursi.

Anto, duduk di sebelah kiri. Sedangkan sidra di kanan. Mereka duduk menghadap dinding kaca(cermin).

“Hei, nak.” Terdengar suara khas orang tua, memecah hening dalam ruangan interogasi.

Sidra dan anto, tahu betul dengan suara yang mereka dengar. Hanya saja, mereka tak dapat memastikan hanya dengan mendengar saja.

“Aku sungguh tak menyangka, bahwa kalian…”

“Tidak! Seharusnya kami yang tak menyangka. Apa yang kau lakukan di sini pak tua!?” Anto yang memang sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, sama sekali tak gentar, dan dengan lancang memotong perkataan dari suara orang tua yang amat mereka kenali.

Sedangkan di balik dinding kaca, terlihat jelas ketiga wajah yang menyeringai setelah anto dengan lancang memotong.

“Apa yang kalian lakukan di tempat “sederhana” ini, nak?” Suara serak khas orang tua tadi kembali bertanya.

“bukan urusanmu!” sidra yang sedari tadi hanya diam, menjawab dengan tenang dan sedikit membentak.

“Baiklah, kalau itu yang kalian inginkan”

Pria kekar yang di sapa “bos” oleh si paman cs tadi, masuk kedalam ruangan interogasi. Dengan santai berjalan menuju ke arah anto, dan tanpa basa-basi menghantam pipi kanan anto dengan kepalan tangannya yang terlihat keras seperti batu.

Anto terpental bersama dengan kursi yang ia duduki, Darah menetes di sela bibirnya. Si bos, kembali menghampiri anto yang terkapar, dan kembali menghantamnya.

Sidra mencoba menahan amukan si bos tadi. Namun, sia-sia saja. Si bos, terus memukuli Anto, tanpa ampun.
Mungkin fisik yang sidra miliki tak mampu menahan amukan si bos itu. Namun, nalurinya terus memberontak. Tak ingin berhenti, terus melakukan perlawanan terhadap si bos yang sedang sibuk memukuli anto.

Anto yang menyadari bahwa pukulan si bos, bukanlah pukulan serius, membiarkan dirinya di hujani pukulan. Meskipun wajahnya memar-memar.
Anto yakin, pria kekar yang sedang memukulinya sedang menyembunyikan sesuatu, dan anto mulai yakin bahwa pria kekar yang sedang memukulinya, berada di pihaknya.

Sidra yang belum menyadarinya, masih terus memberontak mencoba menghentikan si bos.

“Cukup!” suara orang tua tadi memerintahkan si bos untuk berhenti.

“Maaf, nak.” Si bos berbisik di telinga kanan anto yang sedang terkapar,  sebelum keluar dari ruangan.

To be continue...

Nantikan lanjutannya. :)

Sabtu, 04 Juni 2016

HIDUP & MATI (26)


SERIAL

HIDUP & MATI

Chapter 26

Kini Kinan hanya terfokus pada laki-laki berusia sekitar 40-an yang sedang bercerita tentang masa lalu keluarganya, yang tentunya sangat berkaitan dengan masa lalu orang tua kandung maupun angkat Kinan.

Beberapa tahun lalu, setelah kejadian tragis itu, Kinan mulai menyimpan pertanyaan besar dalam kepalanya, dan itu cukup mengganggu aktivitas sehari-harinya sebagai pelajar. Di tambah lagi dengan keraguan yang menyelimuti pertanyaannya, Kinan benar-benar hampir frustasi. Ia terlalu “Takut” untuk bertanya kepada kedua orang tua angkatnya tentang hal ini. Sebelumnya Kinan memang sangat yakin bahwa pertanyaannya akan terjawab jika ia memiliki setetes saja keberanian dalam hatinya. Namun di sisilain, ia pun meyakini bahwa, jika ia memiliki setetes saja keberanian dalam hatinya, maka akan ada hati lain yang tersakiti oleh pertanyaan itu. Kinan akan merasa menjadi manusia paling egois ketika hal itu terjadi. Tentu saja itu akan terlihat seperti ia terlalu mengedepankan egonya hanya demi suatu hal yang mengganggu, lalu merelakan hati orang tua angkatnya yang membesarkannya ia sakiti.

“Apa yang terjadi pada saat itu?” yah… mungkin itu terlihat terlalu sederhana untuk sebuah pertanyaan yang mengganggu dan bahkan dapat menyakiti seseorang ketika itu di lontarkan. Maka dari itulah Kinan masih menyimpan pertanyaan besarnya hingga kedua orang tua(angkat)nya meninggal, dan bahkan hingga saat ini. Tentu saja ia tak menyesali keputusannya. Ia tahu bahwa masih ada seseorang yang dapat menjawab pertanyaannya. Hanya saja yang menjadi masalah, ia bahkan tak mengetahui bahwa orang itu masih menapakkan kaki di muka bumi ini ataukah telah berada di surga. Di tambah lagi, ia tak sedikit pun dapat membayangkan bentuk rupa orang itu.

Setelah itu waktu terus melaju tak pandang bulu dan menyisakan masa-masa pahit dalam hidup Kinan, yang sama sekali tak bisa dilupakan. banyak hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Namun, ia selalu saja mengabaikannya. Hingga tiba pada satu malam yang sangat menegangkan dan begitu mencekam di tengah kota.

¬¬¬---------------------------

“Nak, Kinan. Tentunya kau telah paham, bahwa manusia adalah wujud dari pada makhluk  sempurna dialam semesta ini. Namun kesempurnaan itu hanya berlaku pada bentuknya saja, tidak untuk tingkah laku. Maka dari itu, sudah menjadi hal wajar ketika manusia melakukan kesalahan. Baik di sengaja maupun tidak disengaja. Namun, 5 dari 10 manusia terkadang tak menyadari dirinya bahwa ia telah melakukan hal yang menyimpang. Entah itu dalam kehidupan sosial maupun kehidupan beragama. Nah, karena hal itulah aku merasa bahwa dirimu termasuk dalam 5 dari 10 manusia yang terkadang tak menyadari kesalahannya. Nak, Kinan. Bukan maksud ku untuk mencampuri urusanmu. Hanya saja, apapun yang akan terjadi, urusanmu dan urusanku telah menjadi satu kesatuan. Dengan kata lain, urusanmu adalah urusanku. Aku sebagai pamanmu, tak begitu mengerti jalan pikiranmu. Tapi, aku harus mengatakan kepadamu bahwa, kau telah melakukan kesalahan besar yang sama sekali tak kau sadari. Ka…”

“hei, apa yang kau bicarakan. Apa maksud mu bercerita tentang ku kepada diriku sendiri? Lagi pula apa yang kau ketahui dari kehidupanku? Aku ke sini hanya ingin mendengar cerita mu di masa lalu, bukan tentang diriku.” Tiba-tiba kinan memotong pembicaraan laki-laki di hadapannya.

Lantas, laki-laki yang berusia sekitar 40-an itu terdiam seketika saat kinan menyela ceritanya. Spontan, laki-laki itu bergumam dalam hati.

“kurang ajar anak ini. mungkin orang tuanya belum sempat mengajarinya tatakrama” kondisi internal si laki-laki yang duduk di hadapan kinan itu sangat kacau setelah kinan dengan tiba-tiba menyela ceritanya. Meskipun dengan suara yang terkontrol. Ia sungguh geram dengan kinan. Meskipun begitu, ia tetap mencoba menahan amarahnya, dengan tersenyum manis ke arah kinan.

“maaf, nak. Aku terbawa oleh cerita ku sendiri”

“hhmm… baiklah, untuk kali ini aku mengalah pada bocah tengik ini” kembaran dari ayah kandung kinan kembali bergumam dalam hatinya.
Kinan hanya berdiam diri, dan terlihat menunggu. Ia menyempatkan diri menyeruput teh hangat di depannya yang hampir tak hangat lagi.

--------------------------------------------

Di luar bangunan pusat mafia-mafia berkumpul.

“sidra. Sampai kapan kita terus menunggu seperti ini? untuk beberapa alasan, aku merasa kinan tak dapat keluar dari sana. Di tempat itu, tak sembarang orang  yang di izinkan masuk. Kalaupun ada, hampir bisa di pastikan bahwa, orang itu takkan keluar dengan selamat. Atau paling tidaknya orang itu takkan pernah keluar dari sana selamanya. Entah ia masih hidup atau sudah mati, dan aku tak ingin hal itu terjadi pada kinan.” Anto yang sangat mengkhawatirkan kinan, sungguh tak tahan lagi untuk menunggu.

“Baikalah. Jika kau terus memaksa. Mari kita susun rencana.” Akhirnya sidra yang tadinya begitu sabar dan tenang menunggu, memutuskan untuk bertindak.

“Anto perhatikan baik-baik. Yang pertama. Sudah di pastikan kita tak mengetahui  bagaimana tata letak bangunan itu secara detail. Kita hanya melihatnya dari luar. Maka dari itu kita membutuhkan segala informasi tentang bangunan itu. Mulai jumlah ruangan, jumlah lantai, posisi-posisi penjaga dan paling tidak kita harus membuat peta agar kita tak tersesat di dalam sana. Jika itu terjadi, maka habislah kita. Yang kedua, kita membutuhkan akses yang sama sekali tak di curigai para penjaga. Benar apa yang kau pikirkan. Kita akan menyusup melalui pintu utama. Paham?”  Sidra yang cukup peka dengan situasi, mencoba menyusun rencana semampunya dengan sangat hati-hati.

“kemudian, bagaimana cara kita masuk melalui pintu utama?”

“Nah, itu yang mesti kita pikirkan secepat mungkin.”

Anto dan sidra mencoba memikirkan bagaimana cara mereka masuk melalui pintu utama tanpa terdeteksi oleh penjaga.

Beberapa menit waktu berlalu begitu saja tanpa membuahkan hasil apapun. Sidra dan Anto masih belum menemukan cara agar mereka dapat masuk melalui pintu utama.

………………………………….

Entah itu keberuntungan atau keajaiban yang datang di waktu yang benar-benar tepat, sidra dan kinan tak peduli. Mereka hanya bersyukur setelah seseorang menghampiri mereka.

“hei… apa yang kalian lakukan di tempat seperti ini?” sidra dan anto benar-benar dikejutkan oleh kedatangan seorang pria tua yang usianya berkisar 60 tahun-an keatas. 

Tentu saja Sidra dan Anto terdiam seketika setelah dikejutkan oleh pria tua, tadi.  Mereka hanya mengelus dada dan besyukur, karena pria tua tadi, sudah tak asing lagi bagi mereka.

“hei, kalian. Jangan hanya terdiam seperti baru saja melihat hantu. Jawab aku. Apa yang kalian lakukan di sekitar kawasan “hutan rimba” ini?”

“paman sendiri, sedang apa di tempat seperti ini? Paman sudah berhenti sebagai cleaning service di stasiun kota?” ?” Sidra yang sedikit pun tak menyangka akan bertemu paman cleaning service di tempat seperti ini, spontan menanyakan si paman.

“yah… dua bulan lalu aku berhenti menjadi cleaning service di stasiun kereta kota. Karena kebetulan ada seorang teman baik ku yang juga bekerja di sini. Ia menawarkan ku untuk menjadi supir truck pembawa barang, dan aku sungguh menikmati pekerjaan ini. Baiklah, ini saatnya bagi ku untuk masuk ke dalam, aku hampir terlambat.”

“masuk? Hei, paman. Kebetulan kami sangat membutuhkan bantuan. Kinan ada di dalam sana. Entah apa yang ia lakukan, dan bagaimana caranya masuk. Tapi aku yakin ia takkan keluar dengan selamat atau takkan pernah keluar untuk selamanya. Jadi kami butuh bantuan paman.” Sidra yang memang akbrab dengan paman cleaning service stasiun kota, dengan cekatan meminta bantuan.

“kinan!? Apa maksud mu? Ba- bagaimana mungkin ? ada perlu apa dia?” si paman yang juga telah begitu akbrab dengan kinan, benar-benar terkejut dan sama sekali tak menyangka bahwa Kinan berada di dalam.

Tanpa basa-basi lagi mereka mulai bergerak. Meskipun tanpa rencana yang matang. Namun, itu sudah cukup bagi sidra dan anto, karena mereka mendapat bantuan dari si paman itu.

Nantikan lanjutannya.

Karya: Makhluk Abstrak.

Senin, 16 Mei 2016

HIDUP & MATI (25)

HIDUP dan MATI

Chapter 25

Hening. Ruangan itu hening. Kinan tak ingin berkomentar apapun, sebelum cerita si laki-laki yang mengaku sebagai ayanhnya, alias saudara kembar ayah(kandung)nya selesai. Laki-laki yang duduk di kursi pimpinan itu, menjeda ceritanya. Yang kemudian mengelambil kesempatan untuk menyeruput teh hangat di atas mejanya dan ia mencoba mengefektifkan otaknya untuk mengingat kembali masa lalu.
Dengan menikmati teh hangat, hatinya bergumam “anak ini. ia benar-benar memaksa ku untuk bernostalgia, dan itu sangat menyebalkan bagiku!"

Kinan terlihat begitu gelisah menunggu si laki-laki di hadapannya itu kembali melanjutkan ceritanya. Karna tak ingin waktunya terbuang sia-sia untuk menunggu, kinan mencoba membayangkan suasana dan kebenaran yang baru saja ia ketahui.

“Hei, nak? Apa yang kau pikirkan, jangan melamun seperti itu” laki-laki itu seketika membuyarkan lamunan si anak muda yang secara sistem kekeluargan adalah keponakannya. kinan seakan tak peduli. Ia hanya melirik tajam pamannya.

“Baiklah. Aku mengerti apa yang sedang kau pikirkan saat ini, nak. Jadi... beberapa puluh tahun yang lalu, aku dan ayah(angkat) mu yang sangat dermawan itu, boleh di kata, kami lah orang terkaya di kota ini. Tak puas dengan itu, kami pun mendirikan gedung-gedung pencakar langit, yang satu persatu berdiri menjulang tinggi menusuk langit dan menggapai awan

Segala kenikmatan dunia yang kami dapatkan, berkat kecerdasan dan keberanian ayah(angkat) mu. Ia begitu lihai dalam bidang bisnis. Ayah mu terus menerus menanam bibit-bibit unggul(investasi) di tanah yang subur. Yang kemudian, kami tinggal hanya menyiraminya dan bersabar, agar tanaman itu  tumbuh lebat dan memuaskan. Kemampuan ayah mu dalam berinvestasi, sungguh membuat orang-orang tercengang. Seiringan dengan waktu yang terus berjalan dan yang sama sekali tak kenal kompromi, usaha kami mengalir dan tak ada putus-putusnya. Bagikan derasnya sungai.

Sebagian besar pengusaha sukses yang bermandikan uang, atau dapat pula di sebut sebagai orang kaya di negri ini, berpura pura buta, tuli, membisu dan bodoh! Mereka tak tahu diri. Mereka seakan tak mengetahui bahwa, banyak orang di luar sana yang sangat membutuhkannya. Namun mereka tak peduli sama sekali. Mereka telah benar-benar di butakan oleh uang yang ia dapatkan dengan keringat mereka sendiri. Meraka bahkan menganggap bahwa hanya  mereka sajalah yang berdiri di muka bumi ini. Di balik semua itu, sebenarnya mereka hanyalah seoggok daging busuk yang berjalan dan mengotori bumi ini.

Berbeda dengan ayah mu, ia berbanding terbalik 180° dengan sebagian besar pengusaha yang sombong dan kejam itu. Ayah mu begitu baik. Teramat baik. Ia sungguh tak tega melihat para saudara sebangsa dan setanah airnya yang kurang beruntung kelaparan.

Sejak ayah mu  mendapatkan harta yang sangat melimpah itu, orang-orang yang benar-benar kurang mampu dan pengangguran, dapat bangkit kembali menerjang derasnya ombak kehidupan mereka. Ayah mu berpikir bahwa kekayaan yang ia dapatkan itu bukanlah semata-mata untuk dirinya seorang atau keluarganya sendiri. Ia yakin bahwa harta yang ia miliki saat itu adalah salah satu cara tuhan untuk menguji setiap ummat-Nya.

Di balik itu, ayah mu benar-benar paham tentang kebahagiaan atau kenikmatan dunia. Ia takkan merasa bahagia ketika hanya ia sendiri yang merasakannya. Maka dari itu, ia tak segan-segan berbagi kebahagiaan pada orang yang membutuhkan. Tapi, kau jangan salah sangka dulu, ayah mu seperti itu, bukanlah karna ia mengejar surga ataupun menjauhi neraka. Ia benar-benar ikhlas dan semata-mata untuk Tuhannya yang ia yakini.”

Sementara itu...

Anto dan sidra yang begitu penasaran dengan tingkah kinan yang berubah derastis sejak malam itu, berencana untuk membuntuti kinan kemana pun ia pergi. Namun Mereka sungguh tak bepikir sedikitpun bahwa kinan mendatangi Markas besar yang menjadi pusat berkumpulnya mafia-mafia se-negri ini. Tak banyak orang yang mengetahui tempat itu.

Dengan mata yang terbelalak dan darah yang hampir mendidih, “ H-Hei... apa yang kinan lakukan di tempat itu?” Anto yang begitu terkejut setelah tahu tempat yang kinan tuju, mencoba bertanya pada sidra. Namun, sidra tak kalah terkejutnya dengan Anto. Sidra hanya diam seribu bahasa dan mematung, dengan mulutnya yang sedikit menganga dan matanya yang terbelalak melihat tempat yang kinan tuju. 

Kamis, 28 April 2016

HIDUP dan MATI (24)

HIDUP dan MATI

Chapter 24

“Bos, ada seorang anak muda di depan pagar”.

“Siapa dia? Tanyakan apa perlunya”

Kinan yang terjebak dalam pertanyaan-pertanyan besar dalam perjalanan hidupnya, memberanikan diri untuk mendatangi “sarang singa” tanpa di temani siapapun. Kinan tak ingin melibatkan ketiga temannya hanya untuk urusan pribadinya yang di penuhi misteri, dan bisa jadi akan menjadi malapetaka bagi mereka, kinan tak ingin itu terjadi.

“Bos, dia bilang, dia inigin bertemu dengan bos”

“siapa dia?”. Laki-laki yang berusia sekitar 40-an itu, berusaha agat otaknya dapat menjawab pertanyaan hatinya.

Sebelumnya, si bos memang telah menduga, bahwa anak muda yang ia temui pada malam beberapa pekan lalu akan datang menemuinya.
“Biarkan ia masuk, tolong antarkan ke ruangan ku”.

Kinan dengan tenang dan nafasnya yang masih beraturan, berjalan di belakang penjaga yang akan menghantarkannya ke ruangan majikannya. Saat mereka berjalan melewati lorong, kinan begitu terkagum-kagum memandangi lukisan-lukisan langka,dan yang pasti harganya selangit.

Tempat itu tak terlihat seperti “Sarang Singa” yang kinan bayangkan sebelumnya. Tempat itu sungguh berbanding terbalik. Tempat itu lebih terlihat seperti “Hutan Rimba” yang dimana terdapat hewan-hewan buas lainnya, dan bahkan lebih ganas dari pada seekor singa jantan.

Kinan dan si penjaga pun telah tiba di depan ruangan bosnya. Kemudian, tanpa pamit, hanya tersenyum, si penjaga itu langsung saja  kembali ke tempatnya.
Namun, kinan masih saja berdiri di depan pintu. Tiba-tiba ia sedikit gugup, keraguan pun mulai menyerangnya. Namun, Semua itu harusnya tak dapat menungurungkan niatnya untuk menemui laki-laki yang berada di balik pintu di depannya.

Saat Kinan membuka pintu dan mulai melangkah masuk, tiba-tiba matanya melihat sesuatu yang benar-benar tak dapat di percaya. Kinan sungguh terkejut, dan hampir saja ia jantungan.
“Hei, nak. Apa yang kau lakukan hanya berdiri di sana, dan behentilah menatap ku seperti itu. Tatapan mu terlihat di penuh dendam. Duduklah dan kita mulai percakapan kita.

Setelah beberapa menit, menatapi laki-laki di hadapannya itu, kinan mulai beranjak dan duduk dengan nyaman. Mungkin ia lelah.

“Jadi, hal apa yang membawa mu ketempat ku?”. Meskipun si bos tahu bahwa apa yang membuat kinan datang ke tempat ini, ia tetap bertanya dan sekaligus mengawali percakapan meraka.

“Siapa kau sebenarnya?”. Kinan mengabaikan pertanyaan bos itu. Malahan ia berbalik tanpa basa-basi menanyakan pertanyaan inti yang membawanya kemari.

“Ayolah, kau terlihat terbu-buru, santai saja. Nanti kau pasti akan tahu apa yang ingin kau ketahui”. Laki-laki itu mencoba untuk bergurau dan sedikit mendinginkan suasana.

“Kemudian, mengapa di malam itu, kau tak menghajar aku dan teman ku anto? Apa maksudmu hanya menatap ku dan pergi begitu saja tanpa satu hurufpun terucap. Padahal aku sudah mengira bahwa aku dan teman ku akan di buat babak belur oleh mu dan pasukan mu”. Kinan memperjelas pertanyaannya dan memaksanya untuk menjawab.

Kini si laki-laki yang biasa di panggil dengan sebutan bos oleh anak buahnya itu, sejenak terbungkanm dan akan serius menanggapi setiap pertanyaan kinan.

“Baiklah jika kau memaksa. Aku akan bercerita panjang lebar, dan akan ku bawa kau kembali pada masa-masa kelaam mu beberapa tahun lalu. Akan kupastikan kau merasakan hal yang sama ketika memperhatikan ceritaku”.

“Satu dekade belakangan ini, aku dan seorang laki-laki pengusaha besar dan sukses yang di juluki si “Petani Emas” itu adalah partner bisnis ku. Kami berdua begitu akrab. Tentu saja, kami pun punya hubungan keluarga. Ahh.. betul sekali apa yang ka pikirkan. Si “Petani Emas” itu adalah Ayah(angkat) mu. Kemudian, pasti kau saat melihat ku mengira bahwa aku adalah Ayah(kandung) mu yang beberapa tahun lalu telah tiada. Namun itu bukan masalah, aku maklum, karena kau tak pernah tahu bahwa aku adalah saudara kembar Ayah(kandung) mu, dan yang mengetahui itu hanyalah ayah(angkat) mu, ibu(angkat) mu, dan saudara kembar ku sendiri”. Kinan membungkam setelah mendengar ceritanya. Kinan tak tahu apa yang ingin ia katakan. Ia sunggub diam seribu bahasa atau diam tanpa kata.

“Bagaimana? Tentu saja kau masih penasaran dan masih banyak lagi hal yang akan mengejutkanmu. dengan kebenaran-kebenaran yang tersembunyi. Tapi tenang, yang barusan hanyalah sebagai pembuka(pengantar)...”