Selasa, 27 September 2016

HIDUP & MATI CHAPTER 32

SERIAL

HIDUP & MATI

CHAPTER 32

                Beberapa saat setelah memasuki ruangan Godfather, kinan langsung mengambil posisi ternyaman di sofa yang berada dalam ruangan itu.
                Godfather, menyambut Kinan dengan senyumnya yang terlihat begitu “tajam.” Sejenak, ruangan itu terasa sangat sunyi.
                Dengan ekspresi tak sabar lagi, Godfather langsung mendesak kinan untuk segera menjawab pertanyaannya, “Aku yakin, kau telah siap dengan jawabanmu.”
                Kinan hanya terdiam. Hampir tak merespon sama sekali.
                “Baiklah, silahkan.”
                Sinar senja menerobos dan menyirami sisi kanan wajah kinan, “Baik. Aku memutuskan untuk menetap di sini.” Dengan sangat singkat Kinan menjawab pertanyaan pria yang berada di depannya.
                Ia merasa tak perlu  menjelaskan situasinya saat ini, dan ia pun yakin bahwa pamannya akan paham dengan jawabannya.
                Untuk sesaat, paman Kinan Alias Godfather, hanya terdiam dengan jawaban singkat Kinan, lalu kemudian dengan senyuman khasnya, ia mulai menanggapi jawaban Kinan, “haha, sudah kuduga. Kau tak akan mengambil keputusan bodoh. Kau tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku tahu itu.”
                 Kinan hanya terdiam. Ia hampir tak merespon sedikit pun . Sinar senja yang menerobos ruangan itu melalui jendela kaca, menyirami sisi kanan wajah kinan, dan rambut yang hampir menutupi dahinya tergerai diterpa angin alami yang menyusup melalui jendela gedung tinggi itu.
                “Nah, kalau begitu, karena hari sudah hampir gelap, kau istirahatlah. Hari esok menunggumu. Aku sendiri yang akan mengantarmu ke kamar yang akan menjadi tempatmu beristirahat selama kau tinggal di sini.”
                Kemudian, tanpa basa-basi lagi, Godfather mulai berdiri dari kursinya, dan berjalan menuju pintu, dengan kinan yang tanpa disuruh lagi mengikutinya dari belakang.       
Kinan dan Godfather berjalan melalui lorong-lorong dalam gedung itu yang terdapat banyak penjaga.
Beberapa langkah sebelum Godfather melewati  barisan penjaga yang sedang santai ria, penjaga-penjaga  itu spontan merapikan posisinya  dan  siap memberi hormat kepada Godfather. Ia bak Jendral yang sangat dihargai.
               
                ...
               
                Akhirnya mereka tiba di tempat yang dimaksud oleh Godfather. Namun, Kinan merasa  ia pernah ke tempat itu sebelumnya. Yah, entah apa yang dipikirkan oleh pamannya itu. ia membawa Kinan ke ruang tahanan.
                “Hei..., apa ini? mengapa ia membawa ku ketempat ini?” Kinan mengeluh dalam hati.
                Dengan wajah serius, Godfather bertanya kepada anak dari saudara kembarnya itu,“Inilah tempatmu, nak. Apa kau suka?” 
                Seperti biasa , Kinan hanya terdiam. Namun, kali ini ia terdiam karna ia benar-benar tak tahu apa yang harus ia katakan. Tentu saja kinan tak menyukai tempat ini. Ia tak menyangka bahwa pamannya itu akan membawanya kemari.
                “Kalau begitu, silahkan kau masuk dan beristirahatlah.” Godfather menyuruh  Kinan untuk segera masuk.
                Dengan wajah lesu, dan kakinya yang mulai terasa berat,  mencoba menerima dan melangkah perlahan memasuki ruangan yang hanya berdindingkan jeruji besi.
                Tetapi, tepat saat kaki kanan Kinan telah menapak pada bagian dalam sel, ia terkejut karna tanpa ia sadari, Godfather memegangi bahu kiri kinan dengan irama yang seakan menahannya untuk menghentikan langkahnya. Sontak Kinan menoleh ke arah pamannya. Ia benar-benar bingung sekaligus heran. Pamannya tersenyum. 
                “haha, hei..., ayolah aku hanya bergurau. Mana mungkin aku membiarkanmu tidur di dalam sel tahanan. Bisa-bisa aku dihajar oleh ayahmu, jika saja ia masih hidup.” Godfather mencoba mencairkan suasana.
                Lagi-lagi Kinan hanya terdiam. Ia hanya sedikit tersenyum mendengar perkataan pamannya. Meraka mulai akrab.  
                “Sudah aku duga.” Kinan mencoba tenang.

                ...

                “Bagaimana dengan pengiriman barangnya, apakah lancar?” godfather bertanya kepada salah satu bawahannya melalui telepon genggam.             
                “Eee, i, ia bos. Lancar-lancar saja. Cuma ada sedikit kendala. Tapi bos tenang saja, kami akan membereskanya” orang di sebrang sana menjawab dengan terbata-bata. Mencoba membuat Godfather tak memarahinya.
                “Baiklah. Jangan sampai terlambat. Kau tau akibatnya.” Godfather memastikan dengan ancaman.

                Godfather, sang penguasa mafia dunia ini, selalu paham dengan setiap perkataan anak buahnya. Ia tak dapat dibodohi.

Senin, 26 September 2016

Mengapa Aku Ingin Menjadi Penulis

“Mengapa Aku Ingin Menjadi Penulis"

Di dalam dunia menulis, saya lebih dapat dikatakan sebagai “junior” daripada “senior”. Hhmm, entahlah.  meskipun tak ada yang menyebutnya seperti itu.

Sebelum masuk ke pembicaraan inti, akan lebih lengkap rasanya jika saya membahas mengapa saya terjun di dalam dunia menulis. “Mengapa saya terjun ke dalam dunia menulis”.

Sebenarnya hal itu tak penting, penting amat, sih. Hanya saja, saya ingin memperpanjang tulisan ini.

Nah, kembali lagi. “Mengapa saya terjun dalam dunia menulis”. Waktu itu, sekitar 5 tahun lalu, saat status sosial saya masih sebagai pelajar kelas dua SMK. Saat itu adalah hari pertama saya menjalani masa PKL(Praktek Kerja Lapangan), dan pada hari itu pula lah saat pertama kali saya jauh dari orangtua. Tentu saja saat perubahan lingkungan hidup, entah itu manusia atau hewan, pasti akan melalui masa transisi, atau biasa juga disebut sebagai masa-masa beradaptasi. Pada masa itulah entah apa yang merasuki saya, sehingga saya merasa ada sesuatu yang “menusuk” dada saya hingga tembus, melalui sela-sela tulang rusuk, menyusup di bawah paru-paru. Saya tak begitu yakin di mana, tapi saya bisa pastikan itu di dada saya. Tusukan itu menyakiti dada saya. Itulah yang memotivasi saya untuk mencurahkan apa yang saya rasakan ke dalam tulisan. Namun, itu hanya menjadi privasi. Setelah hari itu, kejadian-kejadian tertentu dan hal-hal baru yang saya pahami, pastilah itu akan saya tuangkan ke dalam tulisan. Dengan maksud, agar saya tetap mengingat itu. Sekalipun otak adalah alat mengingat tercanggih yang pernah ada.

Sejak hari itu, saya terus mengembangkannya. Hingga tiba saat pertama kali terbesit di pikiran saya keinginanan menjadi seorang penulis. Namun, beberapa menit kemudian, saya bertanya dengan apa yang saya pikirkan. “Bukankah saat ini pun saya adalah seorang penulis?” kemudian saya kembali berpikir, “Jika saya adalah seorang penulis, apakah saya tahu kewajiban seorang penulis?”. Saya terus bertanya pada diri saya sendiri, “Apakah saya dapat dikatakan sebagai seorang penulis, hanya karna saya menulis?”. Kemudian saya kembali berpikir, “ Untuk apa saya menulis sesuatu yang tak bermanfaat sama sekali bagi orang lain?”. Mulai dari situ lah saya merasa harus menulis sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.

Nah, jadi, ketika ada yang bertanya atau ada suatu perkataan seperti inti dari tulisan ini, “Mengapa saya ingin menjadi penulis?”, maka saya akan menjawab atau menimpali perkataan itu dengan, “Karena saya ingin menulis sesuatu yang bermafaat bagi orang lain.”

Sebenarnya inti dari tulisan ini sangatlah pendek. Hanya saja,  kisah sebelum masuk ke  inti tulisan ini cukup panjang. Meskipun jika dilihat kembali, tulisan ini sangat pendek.

Kamis, 08 September 2016

SERIAL HIDUP & MATI 31

SERIAL
HIDUP & MATI
Chapter 31

          Suasana ruang tahanan begitu senyap, setelah kinan yang kini telah bergabung dengan Anto  dan Sidra selesai menjelaskan segala hal yang telah terjadi saat ia tak bersama dengan mereka.

          Sedangkan om Beta hanya terdiam kebingungan mendengarkan Kinan menjelaskan keadaannya.

          “Jadi seperti itu?” Anto memecah kesenyapan.

          “Ternyata ketua komplotan yang menghadang kita malam itu adalah pamanmu?” Anto kembali memastikan.

          “Ya.”

          “Hmm ..., begitu, yah.” Anto melirik Sidra, kemudian om Beta, dan tekakhir Kinan.

          Sidra tampak tak mengerti apa maksud Anto meliriknya. Namun tidak untuk om Beta, ia mengangguk ke arah Anto. Menandakan  bahwa ia setuju, kini giliran mereka yang menjelaskan situasi, melalui Anto.

          “Begini. Kau pasti terkejut sekaligus bingung, mendapati kami di tempat ini. Aku pun yakin, kau tak sedikit pun berpikir akan mendapati kami di tempat ini. Beberapa minggu terakhir setelah malam itu, sikapmu sangat berubah, dan kami(Anto dan Sidra) sepakat untuk mengikutimu kemana pun kau pergi saat kau tak bersama kami. Hingga tiba hari ini. yah, mungkin seajuh ini kau sudah bisa mengerti. Kami mengikutimu ke “Hutan Rimba” ini. sebelumnya aku dan sidra benar-benar tak pernah menyangka bahwa kau akan mendatangi tempat ini. nah, mengapa kami berada di sel ini bersamamu, karna kami mencoba masuk untuk mencarimu, apapun resikonya, dan membawamu kembali. Namun, setelah kami bertemu dengan om beta, keadaan menjadi terlabik. Sebelumnya kami yang sangat membutuhkan bantuan, ternyata malah sebaliknya. Yah, kami, kita akan membantu om beta untuk melepas kekangan terhadap para anggota pasukan elit ini. singkat cerita, pamanmu itu  atau godfather, mengancam akan membunuh keluarga anggota pasukan elit itu, jika mereka tak menaati aturan yang berlaku di tempat ini. jadi, karna kita tak terikat oleh aturan di tempat ini, maka aku dan anto memutuskan untuk membantu om beta dan seluruh anggotanya untuk memberontak.”

          kinan hanya diam setelah mendengarkan penjelasan dari Anto. Namun, ekspresinya sudah dapat menggambarkan bahwa ia telah paham.

          “Kini giliranmu untuk memutuskan, apa kau ingin ikut dalam misi membantu om beta dan anggotanya, dan apakah kau ingin tinggal di tempat ini, seperti yang di tawarkan pamanmu, atau kau ingin kembali?” Anto yang begitu agresif seperti biasanya, langsung mendesak Kinan untuk segera memutuskan.

                   Kinan benar-benar diperburuk oleh pilihan. Ia tak boleh gegabah dalam memutuskanya, atau akan ada nyawa orang terdekatnya melayang. Sungguh pilihan yang berat bagi kinan. Di sisi lain ia teramat ingin untuk mencapai ambisinya dalam mencari jawaban dari pertenyaan besarnya, dan mencari sesosok perempuan.

          “Baiklah, aku tak punya pilihan lain kecuali tinggal di tempat ini, sekaligus membantu om beta, dan “kembali bersama kalian” saat aku mendapat tugas lapangan. Aku rasi itulah satu-satunya pilihan yang tepat, dan dapat mengimbangi keadaan.” Kinan telah memutuskan.

          Keputusannya adalah keputusan yang sangat tepat. Itulah mengapa Anto dan Sidra menganggap kinan sebagai pemimpin mereka. Setiap perintah atau keputusan kinan, selalu menjadi kesepakatan mereka tanpa ada yang keberatan sedikit pun.

          Anto kembali melirik ke arah sidra, “Baiklah, lalu? Apa yang harus kita lakukan?” Tanpa basa-basi lagi, Anto langsung ingin memulai misi besar mereka.

          “Pertama-tama kita harus menyusun strategi, dan itu serahkan padaku. Tapi aku butuh waktu beberapa hari untuk itu.” om beta sebagai ketua pasukan elit, sangat lihai dalam menyusun strategi.

          “Sidra,Anto. Apa kalian ingin bermalam di sel untuk malam  ini?” om beta mencoba memberi pilihan kepada mereka berdua.

          “Bermalam di sini? Tidak, tidak. Aku tidak akan bermalam di sini. Orang tuaku akan bingung mencariku, nanti.” Sidra mulai sedikit cemas.

          Anto hanya melirik Sidra, tanpa berkomentar sedikit pun. Bagi Anto bermalam di manapun, jadi.

          “Baiklah, kalau begitu. Akan aku pastikan kalian sampai di tempat kalian dengan aman” om beta langsung mengerti maksud dari sidra.

          Tanpa basa-basi lagi. Om beta mulai berdiri dan bersiap-siap untuk memulangkan Anto dan sidra.

          Namun, belum sempat om beta bergeser dari tempatnya, salah satu bawahannya, datang.

          “Sore, pak. Godfather memintaku agar tahanan yang bernama kinan itu, dibawa ke ruangannya.”
          “Baiklah, silahkan bawa dia.”
          Tanpa basa-basi lagi salah satu dari pasukan elit itu, membawa kinan kembali ke ruangan pamannya.


...


          Kinan pun tiba di depan ruangan Godfather, atau pimpinan besar mafia internasional itu, dan sekaligus sebgai pamannya. Kinan telah menyiapkan jawabannya, dan itu sudah bulat. Ia yakin, pamannya akan senang mendengar apa yang ia pilih. Kinan benar-benar telah mengambil keputusan yang sangat bijak. Tanpa ada pihak yang akan keberatan dengan keputusannya itu. Hal itu lah yang sangat spesial dalam diri kinan.












To be continue...










                                                                          penulis: Makhluk Abstrak