Sabtu, 28 Januari 2017

Bie & ma

:Padamu kutuliskan

Sepi adalah teman abadi tempat bermukimnya setiap nurani menenangkan diri, merapal doa. Waktu adalah cerita saat kita menulisinya dengan rela, hinggap di pelangi atau karam pada masinnya lautan.

Menjadi sebatas kenangan atau dilupakan meski dengan kepura-puraan

Tak ada gerimis yang tak mampu di tapis, mungkin menyisakan kecewa. Tapi rasa itu memang semestinya slalu ada, memberi arti bahwa kita hanyalah manusia biasa tak abadi pun sempurna hanya bisa berusaha.

Seperti katamu dulu, Nda. bahwa kasih sayang itu tak mesti bersekutu dengan pelukan yang hangat apalagi bergandeng tangan atau serupa dedaunan yang pada sebuah musim ia rela berguguran dari dahan, tanpa dendam. Dan kita mesti belajar dari semua itu, "merelakan".

Demi sebuah kebahagiaan untuknya.

Pulanglah. Dan jangan pernah kembali padanya yang bernama mimpi, seperti dulu saat engkau menepis rindu. Sebab kau tahu! setega-teganya seorang kakak, takkan rela melihat adiknya memeluk senak itu sendirian.

Pulanglah, Ma. Sebab sepi adalah teman abadi.
...

Bie & ma

"Judulnya" aku sayang "Temanku"

Aku Sayang "Temanku"

Oleh: Makhluk Abstrak
Pukul, 00:26 WIB

Aku sayang pada setiap kucing. Ada kucing yang tidurnya selalu di depan kamarku, dia sedang tidur sekarang dan dia aku jadikan teman. Ketika dia kelaparan, maka aku pasti akan tahu. Begitupun sebaliknya ketika ia kenyang. Aku bahkan sengaja membelikannya ikan di warteg, yang harganya Rp.10.000-, 3 yang aku berikan padanya selama dua hari satu malam.

Tentu saja, aku yakin, temanku itu(Kucing) juga sayang padaku. Namun terkadang, aku butuh kucing lain untuk membuatku lebih bangga berteman dengan kucingku yang satu ini. Namun juga, aku sangat menyesal karma kurang mengawasinya. Sehingga, entah siapa manusia yang tega menyakitinya. Aku seakan ikut sakit setelah mengetahui itu. Sekarang aku akan lebih mengawasinya, dan memberi tahu semua orang di sekitar, bahwa, kucing ini adalah temanku. Saya mohon jangan sakiti dia, atau aku akan berikan kau pelajaran agar tak menyakiti lagi temanku yang satu ini(Kucing)

Aku selalu dibuat senang oleh temanku si kucing ini. Setiap pagi aku keluar kamar, maka ia lah yang pertama menyambutku. Menyampaikan salamku pada mentari pagi yang hangat. Aku juga mulai lega, lukanya semakin hari, semakin membaik. Aku sangat senang. Aku ingin ia sembuh dan kembali seperti dulu. Ia pun tetap menjadi temanku.

Bahkan, ketika temanku(manusia) berkunjung ke tempatku, aku sengaja mengajak kucing mengobrol denganku. Sehingga, temanku merasa risih padaku, dan tak akan menyentuh kucingku. Karma itu akan mengancamnya. Jika itu terjadi, tentu saja siapapun itu, akan aku beri dia pelajaran. Setidaknya saja "jitak" dia. Kemudian bilang, "jangan lagi kau sakiti kucingku ini, dia juga adalah teman baikku sama sepertimu"

Aku pun tak segan-segan menggunakan kata ganti "Dia" untuk orang ketiga pada kucingku ini. Meskipun, sebenarnya kata ganti "Dia" di peruntukkan untuk orang(manusia). Karna aku tahu bahwa dia kucingku adalah teman baikku, dan penjelasanku tentangnya, menjadi bukti bahwa aku adalah teman kucingku. Aku sangat menyanginya.

Sekali lagi. Jika masih ada manusia yang berani menyakiti temanku, maka aku akan berani pula untuk membela, dan membalasnya. Dalam hal ini, aku berikan pelajaran atau nasihat.

Terserah kalian mau bicara apa tentangku dan temanku si kucing. Karna kisahku dengannya akan masih berlanjut.

Aku ulangi lagi, aku tak pedulia kalian mau bilang apa soal kisahku dengan temanku yang satu ini. Karna, aku tau, aku menyayanginya.

Selasa, 03 Januari 2017

23 Januari 17 by : "Yi"

untuk adikku yang mencintai tulisan

:makhluk abstrak

Puisi itu sejatinya tak bisa berbohong,
Pun jangan pernah di buat untuk bermain-main. Sebab, ia bermukim pada sunyi dengan hujan berteman kertas pena. Seperti halnya saat diri terjaga pada sepertiga malam yang tersisa.

Dan kata-kata itu adalah api. Namun kau bisa menggenggamnya tanpa perlu melepuhkan jemari, atau membelah mimpi hingga ia meleleh seperti airmata terseduh dari retas kecemasan yang sejauh ini telah begitu banyak tertulis.

Entah ia pada punggung-punggung hujan, atau sebuah pagi dari musim tertentu Saat embun lengah menitipkan rindu.

Sama halnya sebuah jarak yang diyakini lebih jauh dari kematian. Seperti menangisi waktu dan mempercayai bahwa sepi adalah "kekasih abadi" untuk para pemuisi. Seperti itu cara ia menggambarkan hujan dan ingatan-ingatan menjadi bentuk ketika ia mampu kau sentuh dengan rasa. Melahirkan kesederhanaan, entah berupa tawa atau duka. Sewajarnya kehidupan.

Sebuah cara mudah untuk memukimkan kecintaan menulis ialah persis ketika matamu sedang melukis Langit. Ada kalanya akan kau temukan kemudahan, juga kerumitan dalam mewarnainya. Jangan cemas, sebab memang seperti itu layaknya sebuah keinginan. Tidak senantiasa mampu ditaklukkan dengan mudah. Kali perjuangan akan menjadi takaran seberapa mampu kau gandeng angin untuk mengabadikan kecerahan seperti maumu.

"Yi"