Senin, 11 April 2016

HIDUP dan MATI (21)

HIDUP dan MATI

Chapter 21

Suasana kota malam ini begitu menegangkan, setelah segerombolan pereman bergaya mirip rocker, mengenakan kalung rantai, dan rambut panjang yang terlihat gersang, di tambah lagi wajah-wajah mereka yang sangar, datang bagaikan gelombang tsunami.

Kinan dan Anto sangat terkejut melihat segerombolan preman yang tiba-tiba muncul menghadang.

“Apakah secepat ini mereka akan membalas?” Kinan bergumam dalam hati.

Tak sedikitpun terbesit dalam benak Kinan maupun Anto, bahwa akan secepat ini mereka membalas. Bukan hanya itu, jumlah mereka pun jauh lebih banyak. Jika di bandingkan dengan mereka berdua, pastinya Kinan dan Anto akan babak belur dibuatnya.

Tak lama setelah kemunculan preman-preman itu, Kinan dan Anto berpikir untuk mundur, atau mereka akan hancur malam ini.
“Hei, Anto. Beginilah resikonya perbuatan baik”. Kinan sedikit melunakkan keadaan. Namun Anto terlampau terbawa suasana, sehingga tak menggubris perkataan Kinan.

Kinan dan Anto bersitatap, saling memberi kode untuk sama-sama pergi dari tempat ini dan lari sekencang mungkin.

Namun, sesaat sebelum mereka melangkah untuk pergi, muncul seorang perempuan dari balik gerombolan preman yang menghadang. Dengan tangan yang terikat dan mulut yang di sekap.

Kinan dan Anto tak bergeming sedikitpun ketika melihat perempuan yang bersama gerombolan preman itu. Kaki mereka seakan kaku seketika. Mata mereka membelalak, terkejut dan tak menyangka.

Kini air mata perempuan pujaan kinan dan sekaligus bagian dari kehidupannya, meneteskan air mata kepedihan. Hal itu, sungguh membuat Kinan dan Anto benar-benar geram.

Setelah Kinan dan Anto mengetahui bahwa perempuan itu adalah mawar, mereka tak lagi peduli dengan apa yang akan terjadi. Bahkan kemungkinan terburuk yang mereka bayangkan pun tak dapat mengalahkan tekadnya.
“Hei, kalian. Apa yang kalian inginkan? Lepaskan perempuan itu” Kinan berteriak, mencoba melakukan sesuatu. Meskipun ia tahu bahwa perkataannya akan sia-sia saja.

Preman-preman itu menganggap perkataan Kinan adalah lelucon. Mereka tertawa dengan irama mengejek.

Kinan dan Anto benar-benar semakin geram, ketika salah satu dari preman itu akan menyentuh lembut pipi, mawar.
“Hei, jangan sentuh dia!!” Kali ini Kinan membentak.

Namun kali ini pekataannya tak sia-sia, preman itu mengurungkan niatnya.

Kinan dan Anto sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Mereka memutuskan untuk tidak lari, dan melawan sebisa mungkin.

3 komentar: