Rabu, 20 Juli 2016

Serial HIDUP & MATI (30)

SERIAL

HIDUP & MATI

Chapter 30

Sidra , Anto da om Beta masih duduk berhadapan dengan dibatasi oleh jeruji besi. Sidra dan Anto berada di dalam dengan duduk bersila menghadap keluar, begitupun sebaliknya dengan om beta.

“kemudian, apa rencana kita?” Tanpa perlu basa-basi lagi, Anto langsung mencoba untuk bergerak secepatnya. Seperti biasa ia sangat agresif.

“Pertama-tama, kita harus mencari kinan.” Kini giliran sidra.

“Baiklah, kita susun rencana untuk mencari teman kalian yang bernama kinan itu. Aku jadi sedikit penasaran dengannya” om beta setuju dengan usulan sidra, dan juga terlihat ingin secepatnya untuk bergerak.

‘Begini, kemungkinan besar teman kalian si kinan itu berada di ruangan
“godfather”(*), dan itu berada di lantai 30 gedung ini. Itu adalah puncaknya. Untuk masuk ke ruangan itu, kita harus memiliki keperluan penting. Jadi, kita tak perlu ke puncak. Kita hanya perlu mempercepat durasi pembicaraan mereka. Karena ketika mereka telah selesai, aku yakin anak itu akan di giring ke tempat ini juga untuk sementara. Jadi sederhananya, untuk sementara kita harus menunggu, dan mencoba mengubungi ruangan godfather untuk mempercepat. Hanya saja yang menjadi Kendalanya, ketika kita menghubungi ruangan itu, kira-kira hal apa yang membuat godfather tertarik dan menyelesaikan obrolannya seketika?” om beta yang telah hafal dengan setiap situasi dan kondisi gedung itu, menyusun rencananya dengan begitu hati-hati dan tidak gegabah.

(*Godfather adalah pimpinan utama organisasi rahasia itu)

@Dalam ruangan Godfather, di mana kinan berada.

Seteleh kinan memotong pembicaraan pamannya, hingga saat ini ia masih menunggu. Duduk memandangi gelas yang berisi teh di hadapannya.

Paman kinan pun terlihat masih enggan untuk melanjutkan ceritanya. Meskipun ia tahu betul apa yang harus ia ceritakan, dan juga ia tahu betul jawaban dari pertanyaan besar dalam hidup kinan.

“Hei, mengapa ka diam saja? Sampai kapan aku menunggu?” Kinan yang mulai gelisah mencoba mendesak pamannya yang kini sedang duduk di kursi godfather.

Paman kinan hanya menyeringai.

“Nak, kinan. Pertanyaan besar dalam hidupmu saat ini, aku bisa bisa saja menjawabnya sekarang jika aku mau. Tapi sayangnya aku tidak ingin menjawabnya sekarang, karena aku tahu, ini bukanlah saat yang tepat. Aku ingin kau tetap berada di sini hingga saat itu tiba. Kau akan aku didik, menjadi apa yang kau inginkan. Mengembangkan bakatmu, dan akan aku jamin masa depan yang cerah bagimu, nak. Jadi, menetaplah bersema pamanmu ini. Apapun yan kau inginkan akan kau dapatkan, ketika kau bersamaku, nak. Apa yang kau inginkan? Harta? Tahta? Wanita? Akan aku berikan.”

Kinan sangat terkejut mendengar pengakuan pamannya, bahwa ia tahu

“apa yang terjadi pada saat itu” saat sebelum ia dilahirkan, dan permasalahan apa yang terjadi sehingga ia diasuh oleh orang tua angkatnya.

“Aku bahkan tahu siapa yang sedang kau cari dalam hidupmu.”
Kinan kembali terkejut, dan terpaku. Ia tak tahu lagi harus berkata apa. Pamannya telah berhasil membuat kinan berada dalam keadaaan dilema antara 2 pilihan besar. Kinan telah terjun kedalam lubang dilema yang tak berujung. Ia harus memilih. Tetap tinggal demi pertanyaan besar dalam hidupnya, atau kembali bersama sidra, anto, dan mawar untuk menggapai jawaban itu bersama-sama. Sungguh pilihan yang sangat sulit bagi kinan. Ia tak boleh gegabah. Ia harus berpikir matang-matang.

“Baiklah, aku yakin kau pasti sulit untuk memilih. Jadi silahkan kau berpikir beberapa saat.”

“tok tok tok” suara pintu diketuk dari luar.

“masuk” paman kinan memerintah
Kemudian muncullah sesosok pria besar tinggi dengan pakaian militer, dan menenteng senjata Ak-47.

“Bawa dia.” Paman kinan kembali memerintah.
Tanpa menjawab, pria besar itu langsung menggenggam lengan kinan dengan kasar, lalu menariknya dengan paksa. Kinan paham dengan situasinya. Ia hanya sedikit memberikan perlawanan, karna ia tahu akhirnya.
Sebelum kinan benar-benar keluar dari ruangan itu, ia sempat mentap tajam pamannya yang menyeringai.

Kinan di giring melalu lorong gedung. Dinding-dindingnya di hiasi lukisan-lukisan mahal. Karpet yang sangat empuk. Udara yang sejuk. Sungguh gedung mewah.

--

Kinan dan pria besar yang membawannya tadi, telah sampai di ruang tahanan. Di sana masih terlihat om beta yang duduk bersila mengahadap ke dalam sel.

“Lapor, pak. Saya serahkan tahanan ini” pria besar tadi, tanpa basi-basi langsung mempercayakan kinan kepada atasannya.

Om beta yang sedang serius menyusun rencana untuk menhadirkan kinan secepat mungkin, dikagetkan dengan suara lantang bawahannya yang menggema di langit-langit ruangan itu.

“i-ia. Silahkan keluar.”

“baik, pak” tanpa banyak tanya lagi, si pria besar anggota pasukan elite itu pun langsung pergi dan meninggalkan kinan.
Kemudian om beta menghampiri kinan. Sedangkan Sidra dan Anto yang sangat penasaran mencoba mengintip melalui sela-sela jeruji besi. Namun itu sia-sia saja.

“siapa nama mu, nak?” om beta langsung menanyakan nama
Kinan tak langsung menjawab. Ia mencoba menatap mata om beta, seakan sedang mencari sesuatu.

“Kinan.” Kinan yang telah paham dengan situasi, menjawab singkat.
Sedangkan om beta, terkejut saat mengetahui bahwa pemuda yang berdiri di hadapannya itu adalah kinan.
Tentu saja om beta terkejut. Ia sedang menyusun rencana untuk menghadirkannya secepat mungkin, dan kini ia ada di hadapannya.
“ternyata ini, orangnya.” Om beta bergumam dalam hati.

Cerita kinan masih akan berlanjut. Nantikan lanjutannya :)

Oleh:Makhluk Abstrak




Senin, 18 Juli 2016

Serial HIDUP & MATI (29)

Serial
HIDUP & MATI
Chapter 29

Setelah di pukuli habis-habisan di ruang interogasi, Sidra dan Anto kini digiring dengan kedua tangan mereka yang terborgol menuju ruang tahanan.

“Untuk beberapa waktu, di sini tempat kalian” Si bos yang memukuli Anto tadi, mencoba berkata ramah.
Setelah Sidra dan Anto berada di dalam penjara. Si bos pasukan elite itu bukannya langsung beranjak pergi, ia mengambil posisi duduk bersila menghadap ke dalam penjara, dan berhadapan dengan Sidra maupun Anto yang di batasi oleh jeruji besi.
Si bos itu membuka percakapan. “ Hei, siapa nama kalian?” dengan suara yang datar, seperti biasanya
Sidra dan anto saling tatap. Sedikit bingung dengan situasi.

“Aku Anto, dan dia Sidra sahabatku” Anto yang mulai paham dengan situasi, menjawab dengan tenang. Meskipun ia babak belur setelah dipukuli.

“Panggil saja aku, Om beta”
Sidra dan Anto kembali saling melirik satu sama lain.

“Aku di sini sudah cukup lama, sekitar 10 tahun-nan. Memimpin pasukan elit yang menjaga tempat ini. Sejak kami ditugaskan di tempat rahasia ini, hanya beberapa kali saja kami diberi kesempatan berjumpa dengan anak dan istri di rumah. Keluarga kami diancam akan dibunuh ketika kami melanggar peraturan. Jadi, dengan kata lain, keselamatan keluarga kami berada pada ketaatan kami terhadap aturan. Sekali saja kami melanggar. Maka habislah sudah. Hingga saat ini, tak ada cara bagi kami untuk memberontak, kami memilih untuk patuh. Karena keluarga adalah hal yang lebih berharga dari pada nyawak kami sendiri” Si bos yang ingin di panggil dengan nama om beta itu menjeda ceritanya, dengan menghela nafas dalam-dalam. Seakan membuang beban berat.

“Aku merasa, setiap latihan keras yang kami lewati hingga menjadi seperti ini, benar-benar telah disalah fungsikan. Latihan kami sebenarnya untuk mengamankan dan mengabdi kepada negara, Bukannya mafia.” Om beta kembali menghela nafas

“Mungkin ini akan terdengar seperti lelucon. Tapi, aku harus mengatakan bahwa untuk beberapa Alasan dan situasi, Aku sebagai kepala pasukan membutuhkan bantuan kalian. Yah... Kami membutuhkan bantuan kalian untuk memberontak, tanpa ada keluarga kami yang akan menjadi korban. Aku yakin kalian pasti bisa. Karena kalian tak terikat, dan itu kesempatan emas”
Sidra dan Anto kembali baku tatap untuk yang ketiga kalinya. Namun kali ini mata mereka membelalak dan alis yang naik membuat dahi mereka mengkerut, ditambah lagi mulut mereka sedikit menganga karena begitu terkejut mendengar perkataan om beta yang meminta bantuan pada mereka. 2 pemuda yang aktifitasnya hanya sebagai mahasiswa.

“Tentunya akupun akan membantu kalian untuk menyelamatkan teman kalian. Dari awal aku sudah curiga. Kalian ke sini bukanlah untuk mencoba mencuri.”

“Dari mana kau tahu?” Anto yang begitu penasaran langsung memotong.

“Aku tahu benar, kebenaran atas apa yang dikatakan orang lain kepadaku. Saat si tong(paman cs) mengatakan bahwa kalian mencoba untuk menyusup ke tempat ini, aku merasa ada yang ganjil. Kemudian dengan cepat dan sangat teliti, aku mendapatkan “sesuatu” di mata si tong. Dari situlah aku mulai yakin bahwa kalian ini bersekutu dengannya. Aku sudah kenal baik dengan si tong. Meskipun baru 3 bulan.”  Om beta mulai terbuka kepada Sidra dan Anto.

“Tapi om, kami takkan melakukan apa-apa untuk om, kecuali kami bertiga dengan teman kami yang bernama kinan. Ia berada di salah satu ruangan di gedung ini.” Kini Sidra yang mengambil kesempatan untuk menekan om beta agar segera mencari kinan.

Akhirnya mereka pun sepakat bekerjasama untuk memberontak dan menghancurkan mafia raksasa itu, dan dari sinilah dimulai pertempuran antara segerombol “semut merah” dengan kawanan “gorila”.

Nantikan lanjutannya.

Penulis: Makhluk Abstrak






Rabu, 13 Juli 2016

Sisi Buruk dan baik

  Setiap manusia pasti memiliki dua sisi yang berbeda dalam dirinya, yaitu terang dan gelap. Sebenarnya bukan hanya manusia, hewan, tanaman, dan bahkan planet bumi kita pun memiliki sisi gelap dan terang.

Nah, jika kedua sisi ini dikaitan dengan tingkah laku manusia, maka akan terlintas di benak kita soal perilaku baik dan buruk.

Setiap manusia pastinya memiliki pendapat atau pemikiran yang berbeda terkait permasalahan apapun. Begitupun tentang perilaku buruk dan baik.

beberapa manusia mungkin berpikir bahwa, perilaku buruk yang ia miliki adalah suatu hal yang sangat tak pantas untuk diumbar, di depan umum, maupun di depan seseorang tertentu yang dapat membuat citra manusia itu rusak. Nah, manusia yang berpikiran seperti ini biasanya rentan sekali di cap sebagai manusia yang munafik.

Beberapa manusia lain berpendapat bahwa, settiap perilaku baik dan buruk mereka, memiliki tempatnya masing-masing. Misalnya, ketika mereka berada di suatu tempat yang berwarna putih, maka mereka berpikir untuk menjaga sikap dan “menyembunyikan” perilaku buruk mereka, atau citra mereka  akan rusak. Begitupun sebaliknya, ketika mereka sedang berada di tempat yang berwarna hitam, mereka tak berpikir untuk menjaga sikap. Hanya saja, disaat mereka berada di tempat yang berwarna hitam, bukan berarti mereka juga mencoba untuk “menyembunyikan” perilaku baik mereka.

Nah, sisa manusia lainnya, sangat berbeda. Mereka tak peduli di mana pun mereka berada, entah di tempat berwarna putih atau pun hitam, mereka hanya bertingkah semaunya, seenaknya dan sejadinya. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri. Inilah manusia yang biasa disebut manusia KURANG AJAR

Senin, 11 Juli 2016

Serial HIDUP & MATI 27-28

SERIAL
HIDUP & MATI
Chapter 27

“Di mana keberadaan anak itu, belakangan ini aku tak pernah melihatnya.”

“Aku juga tak tahu ayah, padahal aku ini teman baiknya. Tapi di manapun ia berada, kuharap ia baik-baik saja.”

“Hmm… semoga saja. kurasa aku mulai khawatir. Tidak-tidak, Bukan mulai khawatir, Lebih tepatnya aku harus segera mengkhawatirkannya.”

“jangan-jangan, ia bertemu dengan…”

“Siapa ayah? Jangan-jangan ia bertemu dengan siapa??”

******************************
Anto, sidra dan si paman cs telah tiba di parkiran gedung yang katanya gedung paling aman di kota ini. Bagian depan gedung, terlihat dipenuhi dan dijaga ketat oleh pasukan bersenjata. pasukan yang berjaga di depan gedung itu, benar-benar telah siap tempur. Dengan menenteng senjata seperti SMG, AK-47, dan bahkan senapan mesin kelas berat. Seakan-akan tempat itu menjadi sasaran utama dalam peperangan. Wajar saja, tempat itu adalah markas besar mafia kelas kakap yang cakupannya telah mencapai 80% wilayah planet bumi ini. Hampir di setiap Negara, paling tidak, ada 5-12-an cabang yang tersembunyi. bahkan melebih dari pada kedubes milik Negara-negara maju. Kelompok mafia itu, bergerak di berbagai aspek, mulai dari perpolitikan, perdagangan(senjata dan manusia), Narkoba, kemaritiman, dan bahkan kelompok ini juga menguasai angkatan militer di beberapa Negara. Mereka bermain dalam gelap. Meraka betah dalam gelap tak terlihat. Lincah, gesit, agresif, dan begitu jenius dalam melakukan kerjanya. Karena itulah kelompok ini benar-benar tak terdeteksi sama sekali. Bahkan, meraka tak pernah satu kali pun berurusan dengan pihak kepolisian, apa lagi dengan pasukan-pasukan elit antiteror. Sungguh orgnanisasi besar yang sangat mengerikan.

Saudara kembar ayah kandung kinan, adalah salah satu pimpinan tinggi dari lima pimpinan yang terbagi atas 5 wilayah, yaitu Eropa, Asia, Amerika(Utara dan Selatan), Australia, dan Afrika. paman kinan mempimpin wilayah Asia, yang menjadi daratan terbesar dan terluas di bumi.

Sebelum organisasi itu berkembang dan menguasai 5 benua, organisasi itu hanyalah perkumpulan para pengusaha sukses dan para milarder yang berjiwa nasionalis peduli Negara dan peduli masyarakat kecil.

Orientasi atau arah gerak organisasi ini pun tidak mengarah kepada kepentingan pribadi maupun mencari keuntungan. Organisasi ini benar-benar bekerja dan membantu dengan ikhlas.

Organisasi ini terus berkembang dan tak pernah sama sekali keluar dari jalur tujuan. Namun, itu semua hanya terjadi pada masa kepimimpinan ayah angkat kinan.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tiba saat ajal menjemput ayah angkat kinan, yang meninggalkan begitu banyak pelajaran hidup bagi para anggota lain.

Setelah kepergiannya, saudara kembar ayah kandung kinan yang menggantikannya dan mengarahkan organisasi itu. Namun, pada awal masa kepemimpinan paman kinan, organisasi ini mengalami pergejolakan. Para anggota beradu paham. Tak ada yang dapat melerai. Membuat suatu kondisi yang begitu menegangkan, atau dengan kata lain, organisasi ini benar-benar telah di ambang kehancuran. Namun, siapa sangka, kehancuran yang sudah di depan mata, berbalik arah dan perlahan-lahan meninggalkan tepi kehancuran untuk menuju puncak kebesaran.

Ketika kekacauan telah mereda, banyak anggota yang memilih untuk mengundurkan diri, karena kalah dalam “perang” ideologi. tapi itu bukan masalah besar. Paman kinan yang kini menjadi pimpinan tertinggi wilayah Asia, dan sekaligus ketua umum organisasi itu, kembali merekrut para pengusaha yang memiliki jaringan yang sangat luas, sebagai anggota. Hanya saja, para pengusaha itu bukanlah pengusaha-pengusaha berjiwa nasionalis, peduli Negara, terlebih lagi untuk peduli masyarakat kecil. Tidak sama sekali. Mereka adalah orang-orang serakah. Meraka pengusaha kaya yang tak akan pernah puas dengan apa yang meraka miliki saat ini. Mereka hanya terus mencari, mencari dan mencari penghasilan lebih demi kesenangan dunia semata, tanpa peduli jalan manapun yang akan mereka tempuh.

Organisasi rahasia yang menguasai 5 benua itu hingga saat ini, memiliki lebih dari 500.000 anggota secara keseluruhan, dan semua terkendali dengan baik.

“Hei, paman. Apa kau yakin, dengan kita masuk begitu saja secara transparan seperti ini akan berhasil?”. Anto yang tak cukup yakin dengan rencana si paman cs, untuk masuk secara transparan, mencoba bertanya untuk meyakinkan dirinya sendiri.

“Tenanglah, untuk hal ini serahkan saja padaku. Kalian hanya tinggal berjalan di belakangku saja. cobalah untuk bersikap biasa, dan jangan terlihat tegang, santai saja” si paman cs yang telah cukup lama bekerja sebagai supir di markas besar itu, sudah terbiasa dengan suasana di sana. Wajahnya telah menjadi pemandangan yang sangat membosankan bagi penjaga-penjaga itu.

Mereka mulai masuk melalui pintu utama, dan melewati setiap penjaga seperti berjalan di tengah-tengah kebun, mengabaikan pepohonan yang berbaris rapi.

“hei, paman.”

“sst… diam. Ikuti saja kataku.” Dengan berbisik, si paman cs kembali mengingatkan Anto.

----

Salah seorang pria kekar menghampiri si paman cs. Hanya saja, pria kekar ini tak mengenakan perlekapan bersenjata. Ia hanya memakai pakaian biasa, dengan bawahan celana jeans biru, dan atasan kaos putih berkerah. Ditambah kacamatanya yang tergantung di kerah bajunya.

“eh, bos.” Si paman cs menyapanya.

“hmm… apa kabar kau, tong?”

(Si paman cs, biasa di sapa “tong”, oleh teman-teman dekatnya di markas besar)



Chapter 28

“ehehe… baik bos” si paman cs atau yang sering di sapa “tong” oleh rekannya di markas besar itu, tersenyum lebar sambil tangan kanannya mencoba menggaruk kepala  bagian belakangnya yang hampir sama sekali tak gatal.

Dengan muka yang sama sekali tak bereskpresi, si pria yang di sapa “bos” oleh si paman cs bertanya, pun dengan suara yang begitu datar, “ada perlu apa kau kemari? Tak biasanya…”

“ee… ini bos, saya bawa dua orang pemuda yang tertangkap basah oleh saya mencoba menyusup ketempat ini. Entah apa yang mereka cari. Mereka mengendap-endap” suara paman cs yang tadi amat ceria, kini berubah menjadi serius.

Hening. Susana seketika hening. Sidra dan anto saling tatap tak menyangka apa yang telah dikatakan oleh si paman cs barusan.

Si bos yang sedang berdiri berhadapan dengan si paman cs, mulai berekspresi, ia mengkerutkan dahi, pun tak menyangka dengan apa yang telah ia dengar.

Tentu saja, bagaimana mungkin. Pertama, tempat itu adalah tempat yang kerasahasiaannya benar-benar terjaga, ketika ada seseorang yang tak berkepentingan mengetahui tempat itu, maka paling tidak, nyawalah yang akan menjadi bayarannya. Kedua, tempat itu adalah tempat yang paling kondusif di kota itu.

Si bos tadi, benar-benar tak habis pikir. bisa-bisanya ada dua orang pemuda yang berani mengantarkan nyawanya ketempat ini? Apa yang mereka cari??

Sesuatu apa yang lebih berharga dari pada nyawa mereka sendiri? Akan menjadi sebuah lelucon, ketika kedua pemuda itu datang hanya untuk mencuri.

Si bos tadi, masih terdiam dengan dahinya yang masih mengkerut, dan dengan kedua tangannya yang terlipat di atas dadanya. Masih  mencoba untuk memahami situasi. Hal ini benar-benar suatu yang tak masuk akal baginya.

Kini, si bos mulai menatap tajam mata si paman cs. Tatapan tajamnya, seakan mencari sesuatu. Sesuatu yang tak tampak. Sesuatu yang tersembunyi di mata si paman cs. Namun, tetap saja, ia tak menemukan apa-apa.

Akhirnya si bos para penjaga ini, mengambil keputusan, setelah beberapa menit mencoba mencari sesuatu yang tak ia pahami dari kedua pemuda itu, dan perkataan si paman cs.

“baiklah, untuk sementara Bawa mereka ke ruang interogasi”

####

Kini, sidra dan anto berada dalam ruangan sebesar 6 x 6 meter persegi. Putih. Tak ada warna lain. Hanya ada dua
kursi.

Anto, duduk di sebelah kiri. Sedangkan sidra di kanan. Mereka duduk menghadap dinding kaca(cermin).

“Hei, nak.” Terdengar suara khas orang tua, memecah hening dalam ruangan interogasi.

Sidra dan anto, tahu betul dengan suara yang mereka dengar. Hanya saja, mereka tak dapat memastikan hanya dengan mendengar saja.

“Aku sungguh tak menyangka, bahwa kalian…”

“Tidak! Seharusnya kami yang tak menyangka. Apa yang kau lakukan di sini pak tua!?” Anto yang memang sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, sama sekali tak gentar, dan dengan lancang memotong perkataan dari suara orang tua yang amat mereka kenali.

Sedangkan di balik dinding kaca, terlihat jelas ketiga wajah yang menyeringai setelah anto dengan lancang memotong.

“Apa yang kalian lakukan di tempat “sederhana” ini, nak?” Suara serak khas orang tua tadi kembali bertanya.

“bukan urusanmu!” sidra yang sedari tadi hanya diam, menjawab dengan tenang dan sedikit membentak.

“Baiklah, kalau itu yang kalian inginkan”

Pria kekar yang di sapa “bos” oleh si paman cs tadi, masuk kedalam ruangan interogasi. Dengan santai berjalan menuju ke arah anto, dan tanpa basa-basi menghantam pipi kanan anto dengan kepalan tangannya yang terlihat keras seperti batu.

Anto terpental bersama dengan kursi yang ia duduki, Darah menetes di sela bibirnya. Si bos, kembali menghampiri anto yang terkapar, dan kembali menghantamnya.

Sidra mencoba menahan amukan si bos tadi. Namun, sia-sia saja. Si bos, terus memukuli Anto, tanpa ampun.
Mungkin fisik yang sidra miliki tak mampu menahan amukan si bos itu. Namun, nalurinya terus memberontak. Tak ingin berhenti, terus melakukan perlawanan terhadap si bos yang sedang sibuk memukuli anto.

Anto yang menyadari bahwa pukulan si bos, bukanlah pukulan serius, membiarkan dirinya di hujani pukulan. Meskipun wajahnya memar-memar.
Anto yakin, pria kekar yang sedang memukulinya sedang menyembunyikan sesuatu, dan anto mulai yakin bahwa pria kekar yang sedang memukulinya, berada di pihaknya.

Sidra yang belum menyadarinya, masih terus memberontak mencoba menghentikan si bos.

“Cukup!” suara orang tua tadi memerintahkan si bos untuk berhenti.

“Maaf, nak.” Si bos berbisik di telinga kanan anto yang sedang terkapar,  sebelum keluar dari ruangan.

To be continue...

Nantikan lanjutannya. :)