Senin, 11 Juli 2016

Serial HIDUP & MATI 27-28

SERIAL
HIDUP & MATI
Chapter 27

“Di mana keberadaan anak itu, belakangan ini aku tak pernah melihatnya.”

“Aku juga tak tahu ayah, padahal aku ini teman baiknya. Tapi di manapun ia berada, kuharap ia baik-baik saja.”

“Hmm… semoga saja. kurasa aku mulai khawatir. Tidak-tidak, Bukan mulai khawatir, Lebih tepatnya aku harus segera mengkhawatirkannya.”

“jangan-jangan, ia bertemu dengan…”

“Siapa ayah? Jangan-jangan ia bertemu dengan siapa??”

******************************
Anto, sidra dan si paman cs telah tiba di parkiran gedung yang katanya gedung paling aman di kota ini. Bagian depan gedung, terlihat dipenuhi dan dijaga ketat oleh pasukan bersenjata. pasukan yang berjaga di depan gedung itu, benar-benar telah siap tempur. Dengan menenteng senjata seperti SMG, AK-47, dan bahkan senapan mesin kelas berat. Seakan-akan tempat itu menjadi sasaran utama dalam peperangan. Wajar saja, tempat itu adalah markas besar mafia kelas kakap yang cakupannya telah mencapai 80% wilayah planet bumi ini. Hampir di setiap Negara, paling tidak, ada 5-12-an cabang yang tersembunyi. bahkan melebih dari pada kedubes milik Negara-negara maju. Kelompok mafia itu, bergerak di berbagai aspek, mulai dari perpolitikan, perdagangan(senjata dan manusia), Narkoba, kemaritiman, dan bahkan kelompok ini juga menguasai angkatan militer di beberapa Negara. Mereka bermain dalam gelap. Meraka betah dalam gelap tak terlihat. Lincah, gesit, agresif, dan begitu jenius dalam melakukan kerjanya. Karena itulah kelompok ini benar-benar tak terdeteksi sama sekali. Bahkan, meraka tak pernah satu kali pun berurusan dengan pihak kepolisian, apa lagi dengan pasukan-pasukan elit antiteror. Sungguh orgnanisasi besar yang sangat mengerikan.

Saudara kembar ayah kandung kinan, adalah salah satu pimpinan tinggi dari lima pimpinan yang terbagi atas 5 wilayah, yaitu Eropa, Asia, Amerika(Utara dan Selatan), Australia, dan Afrika. paman kinan mempimpin wilayah Asia, yang menjadi daratan terbesar dan terluas di bumi.

Sebelum organisasi itu berkembang dan menguasai 5 benua, organisasi itu hanyalah perkumpulan para pengusaha sukses dan para milarder yang berjiwa nasionalis peduli Negara dan peduli masyarakat kecil.

Orientasi atau arah gerak organisasi ini pun tidak mengarah kepada kepentingan pribadi maupun mencari keuntungan. Organisasi ini benar-benar bekerja dan membantu dengan ikhlas.

Organisasi ini terus berkembang dan tak pernah sama sekali keluar dari jalur tujuan. Namun, itu semua hanya terjadi pada masa kepimimpinan ayah angkat kinan.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tiba saat ajal menjemput ayah angkat kinan, yang meninggalkan begitu banyak pelajaran hidup bagi para anggota lain.

Setelah kepergiannya, saudara kembar ayah kandung kinan yang menggantikannya dan mengarahkan organisasi itu. Namun, pada awal masa kepemimpinan paman kinan, organisasi ini mengalami pergejolakan. Para anggota beradu paham. Tak ada yang dapat melerai. Membuat suatu kondisi yang begitu menegangkan, atau dengan kata lain, organisasi ini benar-benar telah di ambang kehancuran. Namun, siapa sangka, kehancuran yang sudah di depan mata, berbalik arah dan perlahan-lahan meninggalkan tepi kehancuran untuk menuju puncak kebesaran.

Ketika kekacauan telah mereda, banyak anggota yang memilih untuk mengundurkan diri, karena kalah dalam “perang” ideologi. tapi itu bukan masalah besar. Paman kinan yang kini menjadi pimpinan tertinggi wilayah Asia, dan sekaligus ketua umum organisasi itu, kembali merekrut para pengusaha yang memiliki jaringan yang sangat luas, sebagai anggota. Hanya saja, para pengusaha itu bukanlah pengusaha-pengusaha berjiwa nasionalis, peduli Negara, terlebih lagi untuk peduli masyarakat kecil. Tidak sama sekali. Mereka adalah orang-orang serakah. Meraka pengusaha kaya yang tak akan pernah puas dengan apa yang meraka miliki saat ini. Mereka hanya terus mencari, mencari dan mencari penghasilan lebih demi kesenangan dunia semata, tanpa peduli jalan manapun yang akan mereka tempuh.

Organisasi rahasia yang menguasai 5 benua itu hingga saat ini, memiliki lebih dari 500.000 anggota secara keseluruhan, dan semua terkendali dengan baik.

“Hei, paman. Apa kau yakin, dengan kita masuk begitu saja secara transparan seperti ini akan berhasil?”. Anto yang tak cukup yakin dengan rencana si paman cs, untuk masuk secara transparan, mencoba bertanya untuk meyakinkan dirinya sendiri.

“Tenanglah, untuk hal ini serahkan saja padaku. Kalian hanya tinggal berjalan di belakangku saja. cobalah untuk bersikap biasa, dan jangan terlihat tegang, santai saja” si paman cs yang telah cukup lama bekerja sebagai supir di markas besar itu, sudah terbiasa dengan suasana di sana. Wajahnya telah menjadi pemandangan yang sangat membosankan bagi penjaga-penjaga itu.

Mereka mulai masuk melalui pintu utama, dan melewati setiap penjaga seperti berjalan di tengah-tengah kebun, mengabaikan pepohonan yang berbaris rapi.

“hei, paman.”

“sst… diam. Ikuti saja kataku.” Dengan berbisik, si paman cs kembali mengingatkan Anto.

----

Salah seorang pria kekar menghampiri si paman cs. Hanya saja, pria kekar ini tak mengenakan perlekapan bersenjata. Ia hanya memakai pakaian biasa, dengan bawahan celana jeans biru, dan atasan kaos putih berkerah. Ditambah kacamatanya yang tergantung di kerah bajunya.

“eh, bos.” Si paman cs menyapanya.

“hmm… apa kabar kau, tong?”

(Si paman cs, biasa di sapa “tong”, oleh teman-teman dekatnya di markas besar)



Chapter 28

“ehehe… baik bos” si paman cs atau yang sering di sapa “tong” oleh rekannya di markas besar itu, tersenyum lebar sambil tangan kanannya mencoba menggaruk kepala  bagian belakangnya yang hampir sama sekali tak gatal.

Dengan muka yang sama sekali tak bereskpresi, si pria yang di sapa “bos” oleh si paman cs bertanya, pun dengan suara yang begitu datar, “ada perlu apa kau kemari? Tak biasanya…”

“ee… ini bos, saya bawa dua orang pemuda yang tertangkap basah oleh saya mencoba menyusup ketempat ini. Entah apa yang mereka cari. Mereka mengendap-endap” suara paman cs yang tadi amat ceria, kini berubah menjadi serius.

Hening. Susana seketika hening. Sidra dan anto saling tatap tak menyangka apa yang telah dikatakan oleh si paman cs barusan.

Si bos yang sedang berdiri berhadapan dengan si paman cs, mulai berekspresi, ia mengkerutkan dahi, pun tak menyangka dengan apa yang telah ia dengar.

Tentu saja, bagaimana mungkin. Pertama, tempat itu adalah tempat yang kerasahasiaannya benar-benar terjaga, ketika ada seseorang yang tak berkepentingan mengetahui tempat itu, maka paling tidak, nyawalah yang akan menjadi bayarannya. Kedua, tempat itu adalah tempat yang paling kondusif di kota itu.

Si bos tadi, benar-benar tak habis pikir. bisa-bisanya ada dua orang pemuda yang berani mengantarkan nyawanya ketempat ini? Apa yang mereka cari??

Sesuatu apa yang lebih berharga dari pada nyawa mereka sendiri? Akan menjadi sebuah lelucon, ketika kedua pemuda itu datang hanya untuk mencuri.

Si bos tadi, masih terdiam dengan dahinya yang masih mengkerut, dan dengan kedua tangannya yang terlipat di atas dadanya. Masih  mencoba untuk memahami situasi. Hal ini benar-benar suatu yang tak masuk akal baginya.

Kini, si bos mulai menatap tajam mata si paman cs. Tatapan tajamnya, seakan mencari sesuatu. Sesuatu yang tak tampak. Sesuatu yang tersembunyi di mata si paman cs. Namun, tetap saja, ia tak menemukan apa-apa.

Akhirnya si bos para penjaga ini, mengambil keputusan, setelah beberapa menit mencoba mencari sesuatu yang tak ia pahami dari kedua pemuda itu, dan perkataan si paman cs.

“baiklah, untuk sementara Bawa mereka ke ruang interogasi”

####

Kini, sidra dan anto berada dalam ruangan sebesar 6 x 6 meter persegi. Putih. Tak ada warna lain. Hanya ada dua
kursi.

Anto, duduk di sebelah kiri. Sedangkan sidra di kanan. Mereka duduk menghadap dinding kaca(cermin).

“Hei, nak.” Terdengar suara khas orang tua, memecah hening dalam ruangan interogasi.

Sidra dan anto, tahu betul dengan suara yang mereka dengar. Hanya saja, mereka tak dapat memastikan hanya dengan mendengar saja.

“Aku sungguh tak menyangka, bahwa kalian…”

“Tidak! Seharusnya kami yang tak menyangka. Apa yang kau lakukan di sini pak tua!?” Anto yang memang sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, sama sekali tak gentar, dan dengan lancang memotong perkataan dari suara orang tua yang amat mereka kenali.

Sedangkan di balik dinding kaca, terlihat jelas ketiga wajah yang menyeringai setelah anto dengan lancang memotong.

“Apa yang kalian lakukan di tempat “sederhana” ini, nak?” Suara serak khas orang tua tadi kembali bertanya.

“bukan urusanmu!” sidra yang sedari tadi hanya diam, menjawab dengan tenang dan sedikit membentak.

“Baiklah, kalau itu yang kalian inginkan”

Pria kekar yang di sapa “bos” oleh si paman cs tadi, masuk kedalam ruangan interogasi. Dengan santai berjalan menuju ke arah anto, dan tanpa basa-basi menghantam pipi kanan anto dengan kepalan tangannya yang terlihat keras seperti batu.

Anto terpental bersama dengan kursi yang ia duduki, Darah menetes di sela bibirnya. Si bos, kembali menghampiri anto yang terkapar, dan kembali menghantamnya.

Sidra mencoba menahan amukan si bos tadi. Namun, sia-sia saja. Si bos, terus memukuli Anto, tanpa ampun.
Mungkin fisik yang sidra miliki tak mampu menahan amukan si bos itu. Namun, nalurinya terus memberontak. Tak ingin berhenti, terus melakukan perlawanan terhadap si bos yang sedang sibuk memukuli anto.

Anto yang menyadari bahwa pukulan si bos, bukanlah pukulan serius, membiarkan dirinya di hujani pukulan. Meskipun wajahnya memar-memar.
Anto yakin, pria kekar yang sedang memukulinya sedang menyembunyikan sesuatu, dan anto mulai yakin bahwa pria kekar yang sedang memukulinya, berada di pihaknya.

Sidra yang belum menyadarinya, masih terus memberontak mencoba menghentikan si bos.

“Cukup!” suara orang tua tadi memerintahkan si bos untuk berhenti.

“Maaf, nak.” Si bos berbisik di telinga kanan anto yang sedang terkapar,  sebelum keluar dari ruangan.

To be continue...

Nantikan lanjutannya. :)

2 komentar:

  1. Waow. Kejutan. Kenapa si 'boss' memihak anto?

    Kenapa anto dan sidra tak melawan? Duh,

    BalasHapus