Selasa, 04 Oktober 2016

Perempuan Senja Yang Hilang Dalam Gelap

Oleh : Makhluk Abstrak

PEREMPUAN SENJA YANG HILANG DALAM  GELAP

Udara senja yang begitu khas berhembus menerpa wajah. Rambut panjangnya tergerai anggun. Tapi sungguh, apa yang dipandangi laki-laki itu bukanlah rambut. Ia telah keliru. itu adalah kain, kain yang menutupi rambut dan tubuhnya tergerai indah nan anggun diterpa hembusan angin  senja sore itu.
Entah apa yang dilakukan perempuan berkerudung itu, atau mungkin ia menunggu senja tenggelam? Tapi bukankah ia seorang perempuan, seharusnya ia tahu apa yang harus dilakukan oleh seorang perempuan jika gelap tiba. Atau mungkin saja ia menunggu seseorang? Tapi siapa? Siapa yang ia tunggu? Laki-laki itu semakin bingung. Siapa pulalah yang ia tunggu di pantai sepi ini?

laki-laki itu tak peduli siapa yang perempuan itu tunggu atau apa yang ia lakukan, laki-laki itu akan mengunggunya. Kemudian mengikuti kemana ia pergi ketika ia telah bosan menunggu.

Langit semakin jingga ke hitam-hitaman, setengah bola matahari senja sudah separuhnya tenggelam di ujung batas pandang. Perempuan itu mulai beranjak, entah akan ke mana ia pergi, yang pasti laki-laki itu akan mengikutinya.

Hari semakin gelap, kini giliran sang rembulan bersinar menggatung di angkasa. Sudah cukup jauh perempuan itu berjalan di bawah anggunnya sinar rembulan. Laki-laki itu semakin bertanya-tanya kebingungan, kemana tujuannya? Namun, hanya beberapa saat, ia kembali mengabaikan kebingungannya, dan tetap di belakang perempuan itu hingga sampai ke tempat tujuannya.

Perempuan itu terus berjalan. Namun, langkah kakinya semakin melambat. Apa mungkin ia lelah? Lelah berjalan membelah kegelapan, atau mungkin saja ia tahu bahwa ada seorang laki-laki mengikutinya?
Perempuan itu seakan sedang menuntun dan menunjukkan arah kepada laki-laki itu.

Perempuan itu terus berjalan, meskipun ia tahu bahwa ia lelah. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan laki-laki yang mengikutinya.

Entah mengapa semakin lama mereka berjalan, perempuan itu semakin jauh meninggalkan laki-laki itu, perempuan itu seakan mulai hilang dalam kegelapan malam. Namun  laki-laki itu takkan berhenti meskipun perempuan yang ia ikuti telah hilang dari pandangannya, ia tetap berjalan, mencoba mencari jejaknya.

Mentari kembali menepati janjinya, menyinari setiap jiwa yang rapuh dan kembali membangunkan semangat baru di hari yang baru.

Laki–laki yang semalam mengikuti seorang perempuan yang berjalan di bawah sinar rembulan, kini, pagi hari ini, ia sungguh bertanya-tanya pada dirinya sendiri, “siapakah dia?” dia yang membuatnya penasaran, dia yang membuat si laki-laki itu termenung memikirkannya.

“Apakah perempuan yang menghilang di dalam kegelapan malam itu benar-benar ada? Di manakah kini ia berada?” laki-laki itu sungguh dibuat gila oleh pertanyaan tentang seorang perempuan senja yang hilang dari pandangannya di bawah anggunnya sinar rembulan.

Waktu berlalu begitu cepat. Kebingungannya tak kunjung beranjak, Pertanyaan itu masih berterbangan dalam benaknya. Apakah perempuan  itu hanyalah khayalnya saja atau memang benar-benar ada.

  Kemudian si laki-laki itu mencoba berkunjung ke tempat di mana ia melihat perempuan yang ia lihat sebelumya.

Tepat sekali dugaanya, perempuan yang membuatnya penasaran ada di tempat yang sama saat laki-laki itu melihatnya pertama kali. Waktunya pun sama, saat senja mulai pamit. Namun, kali ini permpuan berkerudung itu sedang bersama seorang laki-laki.
Laki-laki itu bertambah bingung ketika melihat laki-laki yang bersama dengan perempuan berkerudung itu begitu mirip dengannya. Bahkan ia meresa bahwa, laki-laki yang bersama perempuan anggun itu adalah dirinya, dirinya yang kini tengah memandangi dirinya bersama seorang perempuan berkerudung.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba ombak menggulung begitu tinggi, bahkan lebih tinggi dari gedung tertinggi. Ombak itu semakin dekat, seakan siap menerkam dan menghancurkan apa saja yang dilewati.

Semuanya terhempas. Perempuan itu dan laki-laki yang bersamanya, juga laki-laki yang melihat dirinya bersama perempuan itu pun hilang entah kemana setelah di terjang ombak.

Laki-laki itu berteriak, seakan seperti seorang yang ketakutan. Lengkaplah kebingungannya, bagaimana bisa ia berada di kamarnya setelah sore itu. Namun, ketika hangatnya sinar mentari membasuh wajah laki-laki itu, seketika kebingungannya pergi terusir. Hanya meninggalkan rasa penasaran. Baginya, itu adalah mimpi yang indah. Berharap semoga perempuan yang ia lihat itu menjadi nyata.

9 komentar:

  1. Siapa perempuan itu? Hayyoo siapa pula namanya

    BalasHapus
  2. Fiksinya keren ka. Tapi itu si cowonya mati kali ya? Hehe bngung��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, kok mati sih, put. Gk lah. Kan ceritanya cuma mimpi. Haha :D

      Hapus
  3. Yaelah, ini cuma mimpi, Kak? Hihi aku kira tadi si cowok itu meninggal, dan yang menjadi tokohnya itu arwahnya. Nice post, Kak. Semangat ODOP-nya :))

    BalasHapus
  4. Banyak diksi bagus, tinggal susun dengan penempatan yang pas pasti tambah sadis cerita nya

    BalasHapus
  5. Banyak diksi bagus, tinggal susun dengan penempatan yang pas pasti tambah sadis cerita nya

    BalasHapus
  6. Ohhh....ini mimpi toh ujungna. Ceritana bgs mas. Ajarin ngediksi dunk

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus