Sabtu, 23 April 2016

HIDUP dan MATI (23)

HIDUP dan MATI

Chapter 23

Senja menyapa kota, saatnya para pekerja (yang menggunakan kendaraan) kembali memadati ruas jalan kota ini. Asap-asap tipis menghiasi kepadatan kota, suara bising kendaraan-kendaraan berirma mengiringi tarian kota, sore ini.

Sudah menjadi kebiasaan bagi kinan, mengantar senja tuk berlalu. Kemudian menyambut kekasih gelapnya sang rembulan, yang selalu setia dan mengerti.

Hari ini sedikit berbeda, Anto, Mawar dan Sidra, tak bersama disisinya. Belakangan ini setelah kejadian malam itu, kinan selalu ingin sendiri. Ia merasa tenang dan nyaman dalam kesendiriannya. Hanya saja, dibalik itu ia menyimpan pertanyaan yang mustahil dapat ia jawab sendiri. Kinan yakin, jawaban dari pertanyaan itu, ada kaitannya dengan jawaban dari pertanyaan besar dalam hidupnya.

“Siapa sebenarnya preman itu?”  tentu saja kinan bertanya-tanya, preman yang menghampirinya malam itu, sangat misterius. Bagaimana tidak, disaat suasana yang menegangkan dan begitu mencekam seperti malam itu, preman yang usianya sekitar 40-an, menghampiri kinan dan hanya berdiri dihadapannya, lalu menatap mata kinan dengan tatapan tajam dan sedikit terlihat seperti orang yang terkejut. Kemudian, melepaskan mawar yang waktu itu di jadikan sandera, lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun, bagai armada pesawat tempur.

Hari-hari berjalan dengan normal seperti biasanya. Sidra yang sempat kritis karena kecelakaan yang ia alami, kini telah hampir pulih sepenuhnya. Pendarahan hebat di bagian kepalanya, membuat ia kehilangan banyak darah, sehingga ia pun kritis.

Kinan yang belakangan ini melalui hari-harinya dalam kesendirian, mulai mendapatkan titik terang atas pertanyaan yang berkecamuk di otaknya. Ia berniat untuk menanyakannya langsung kepada preman itu. Ia tahu, hal itu sama saja seperti menghampiri komplotan singa yang sedang lapar. Namun meskipun begitu, ia akan tetap melakukannya, lagi pula kinan takkan tahu pasti apa yang terjadi ketika ia tidak mencobanya. 

“Mawar, apa yang terjadi pada kinan? Seakan ia menghindari untuk bersama kita. Bahkan tersenyum pun tidak.” Sidra yang tak mengetahui apapun tentang kejadian malam itu, heran melihat tingkah kinan. Namun mawar hanya terdiam, ia merasa terlalu sakit ketika mengingat kembali malam itu. Tidak heran, kulit suci cerah dan berkilau yang mawar jaga bertahun-tahun, telah terkontaminasi oleh tangan-tangan kotor dan menjijikan preman itu.
Anto yang mengerti suasana hati mawar, langsung mengambil alih pertanyaan sidra. “pada satu keadaan tertentu, setiap manusia memang membutuhkan bebrapa waktu untuk menyendiri dan mendapatkan ketenangannya. Setiap manusia yang sedang menghadapi beberapa masalah tertentu dalam kisah hidupnya, biasanya memilih untuk menyendiri dan cenderung bersikap tertutup. Dengan kata laim, manusia itu ingin memecahkan masalahnya sendiri tanpa bantaun manusia lainnya. Namun itu percuma saja. Hampir mustahil bagi manusia manapun. Nah, sama halnya dengan tingkah kinan, ia merasa bahwa ia bisa menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan kita, ataupun manusia lainnya. Sekarang, yang dapat kita lakukan hanya menunggu hingga kinan menyadari kekeliruannya.”

“siapa seberanya preman itu, mengapa ia hanya menatap ku dengan tatapan tajamnya, bukan menghajarku? Bukankah itu yang ia harapkan.” Kinan kembali menanyakan hal itu pada hati dan pikirannya, lalu kemudian memaksa untuk menjawab. Tetap saja, semua yang ia lakukan untuk mencari jawaban, percuma saja. Hingga ia pun menyadari bahwa ia takkan mampu untuk mencari jawaban itu tanpa orang lain. Meskipun begitu, tetap hanya ada satu cara baginya untuk mendapat jawaban itu.

2 komentar:

  1. Ehm, anto bijak ni yee. Anto ama Mawar kaga saling harap gitu? Hihihi

    Sidra dan kinan cemburu ntar.

    Hu'um, si kinan jangan nekat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Atau mau curhat ama Ainayya.

      Duh, sejak kapan profesi Ainayya jadi pos pesan? Haha

      Hapus