Kamis, 07 April 2016

HIDUP dan MATI (18)

HIDUP dan MATI

Chapter 18

Rembulan menggantung begitu anggun, bercengkrama dengan alam.

Kinan merasa rembulan malam ini dapat memamahami apa yang tengah ia rasakan. Saat ini, hanyalah kenangan-kenangan indah yang pernah ia lalui dengan sidra, dan tentunya mawar juga anto yang memenuhi kepalanya.

Angin kota menerpa wajah kinan yang layu tertunduk, dan membuat mahkotanya tergerai, seakan ingin ikut serta bersama dengan angin malam ini.
“Tuhan, apa engkau akan membiarkan hati ku kembali berlubang? Setelah ayah kandung ku yang saat itu baru saja aku kenali, juga ayah dan ibu angkatku yang sangatku sayangi. Cukuplah mereka yang engkau panggil dan meninggalkan ku.Tuhan. jangan engkau tarik kembali kebersamaan kami begitu cepat Tuhan.” Air mata kinan kian deras membanjiri relung hatinya.

“apa secepat ini engkau akan mengambil salah satu pondasi hidupku? Kebahagiaan yang ku dapat bersama mereka, canda tawa ku bersama mereka. Apa engkau tega melihat hambamu seperti ini, Tuhan.” Kinan merasakan ada sesuatu yang memberontak di dalam dadanya, di balik tulang rusuknya, di dalam jiwanya.

Sementara di ruang tunggu suasananya berubah setelah dokter spesialis yang menangani Sidra datang memberitahukan kedua orang tua sidra.

Di ruang tunggu, dokter telah mengizinkan keluarga untuk menengok kondisi Sidra. Kabar itu di sambut ramah oleh keluarga. Hanya saja, sampai saat ini Kinan tak kunjung kembali.
“Anto, sebaiknya kamu pergi mencarinya. Bilang bahwa, sidra telah membuka matanya.”
Anto tanpa disuruh berulang kali, hanya melirik mawar, lantas berdiri gagah, membusungkan dada, yang kemudian berjalan membelah lorong rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar