Sabtu, 09 April 2016

HIDUP dan MATI (20)

HIDUP dan MATI

Chapter 20

“dimana mereka, mawar?” Sidra yang masih berbaring lemas, dan baru saja siuman langsung menanyakan keberadaan kinan, dan anto. Tentu saja, pada saat sidra membuka matanya, ia tak mendapati Kinan dan Anto di sekitarnya.

“Sebentar lagi mereka akan datang kok” Mawar mencoba menenangkan sidra yang terbaring lemah.

Namun, setalah tiga puluh menit berlalu, mereka belum jua menampakkan diri. Kemudian, mawar memutuskan akan Pergi mencari mereka berdua. Ia benar-benar tahu di mana Kinan dan anto berada saat ini.

......

“Anto’, dari mana suara itu?” Kinan mulai gelisah..
“Itu dia, Kinan!”
Tanpa basa-basi lagi, anto dan kinan segera berlari ke arah suara jeritan perempuan minta tolong. Perempuan itu di rayu, di goda oleh dua preman gondrong, yang sekujur tubuhnya di penuhi tatto. Bentuk badan mereka cukup besar. Tapi itu bukanlah alasan bagi anto maupun kinan untuk takut, apalagi lari terbirit-birit dan membiarkan perempuan itu di goda oleh preman.

Lorong gelap itu, tiba-tiba hening saat kinan dan anto tiba, setelah beberapa saat hening, kemudian terlepaslah tawa terbahak-bahak kedua preman itu, suara tawa mereka bergema di lorong itu.

Preman itu benar-benar membangkitkan hasrat membunuh, Kinan dan Anto. Tanpa perlu berunding lagi, Anto dan Kinan maju dengan kepalan tangan, yang kemudian mendarat di masing-masing pipi preman itu. Sontak saja kedua preman itu mencoba membalas. Maka perkelahian Anto dan Kinan dengan dua orang preman tak terelakkan. Tendangan melayang-layang, pukulan berterbang-terbangan.

Darah bercucuran dari lubang hidung salah satu preman itu. Belum puas, Kinan dan Anto terus melancarkan pukulan dan tendangan sebagai pelajaran. Kedua preman itu babak belur setelah di hajar habis-habisan oleh kinan dan anto. Mereka lari terbirit-birit sambil sesekali menoleh dan mengacungkan tangan dengan kepalan, ke arah Kinan dan anto, seakan ingin balas dendam.

Kinan dan anto hampir melupakan perempuan tadi. Entah kemana perginya, bahkan, mereka belum sempat memperhatikan wajah perempuan yang berperawakan islami tadi. Persis seperti mawar.

Malam semakin larut, jalan kota semakin sepi. Suasana terasa begitu mencekam. Sudah cukup jauh kinan dan anto berjalan membelah sepinya kota.

Namun, Tiba-tiba saja mereka berhenti, tak ada sedikitpun gerakan tambahan, tubuh kinan dan anto mematung, setelah melihat apa yang menghadang mereka

2 komentar:

  1. Duh, jurus tebak-menebak Ainayya tidak mempan. Salah terka. Hahaha

    Hayoo siapa gadis islami itu... Hihihi

    Makin seru nih, penasaran.

    BalasHapus